*** BEST SOUND SYSTEM JAKARTA, Jl. Asembaris Raya F. Barat no.40A Kebonbaru Tebet, Jakarta Selatan (12830) Telp: 62.021.83705116 ***

Kamis, 11 Juni 2015

MONUMEN DAN PATUNG DI JAKARTA (8)

40. PATUNG AIR MANCUR Taman Fatahillah


Air Mancur ini dapat kita saksikan di kompleks Museum Fatahillah (lihat di sini) yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia, sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No.1, Jakarta Barat dalam kawasan Kota Tua Jakarta. Air mancur ini merupakan satu diantara sekian koleksi Museum Fatahillah yang tak luput dari kunjungan dan perhatian para wisatawan domestik maupun manca negara yang sengaja berkunjung ke museum ini untuk mempelajari dan mendalami sejarah kota yang dulunya bernama Jayakarta ini.

41. PATUNG AIR MANCUR ISTIQLAL


Air mancur ini berada di halaman depan pelataran Masjid Istiqlal, masjid termegah di Indonesia yang berlokasi di Jl. Taman Wijaya Kusuma, DKI Jakarta Pusat (10710). Keberadaan Air Mancur ini merupakan sarana pelengkap dan boleh dibilang sebagai ”eye catcher” dari sebuah masjid yang telah dinobatkan sebagai masjid terbesar di kawasan Timur Asia (Asia Tenggara dan Asia Timur).  
Masjid Istiqlal dibangun sebagai ungkapan dan wujud dari rasa syukur bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam, atas berkat dan rahmat Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat kemerdekaan, terbebas dari cengkeraman penjajah. Karena itulah masjid ini diberi nama ”Istiqlal” yang dalam bahasa Arab berarti ”Merdeka”.
Pemancangan tiang pertama pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, disaksikan oleh ribuan umat Islam. Baru setelah tujuh belas tahun kemudian, masjid ini selesai pembangunannya. Kendala utama selama pembangunannya adalah situasi politik saat itu yang kurang kondusif. Peresmian penggunaan daripada Masjid Istiqlal dilakukan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978.

42. PATUNG DR. CIPTO MANGUNKUSUMO RSCM


Patung utuh (seluruh badan) Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, seorang tokoh perjuangan Indonesia pada masa kolonial itu berdiri tegak di dalam kompleks Rumah Sakit Pemerintah yang bernama sama dengan patung itu, Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo biasa disingkat RSCM.
Lokasi RSCM adanya di tengah-tengah kota Jakarta, yakni di Jln. Pangeran Diponegoro Jakarta Pusat. Rumah sakit ini adalah pusat rujukan nasional rumah sakit pemerintah dan merupakan tempat pendidikan dokter umum, dokter spesialis I dan subspesialis, perawat serta tenaga medis lainnya.
Bangunan awal dari RS ini pada masa Hindia Belanda dulu adalah Gedung Centrale Burgelijke Ziekeninrichting / CBZ (”klinik umum pusat”), yang menjadi satu dengan STOVIA yang merupakan cikal bakal dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, didirikan pada tanggal 19 November 1919.

43. MONUMEN PERJUANGAN STOVIA Gedung Stovia


Monumen Perjuangan STOVIA adalah monumen yang didirikan untuk memperingati 125 tahun pendidikan kedokteran, dibuat tahun 1976 oleh Soenarjo, berlokasi di dalam areal Museum Kebangkitan Nasional (baca juga di sini), di Jalan Abdul Rachman Saleh No.26, Senen, Kota Jakarta.
Museum Kebangkitan Nasional dulunya adalah sebuah gedung yang dibangun sebagai monumen tempat lahir dan berkembangnya kesadaran nasional dan juga ditemukannya organisasi pergerakan modern pertama kali dengan nama Boedi Oetomo. Sebelum menjadi museum, bangunan ini dahulunya adalah sekolah kedokteran yang didirikan oleh Belanda dengan nama School tot Opleiding van Inlandsche Artsen disingkat STOVIA atau Sekolah Dokter Bumiputra yang didirikan pada tahun 1851.
Di gedung ini sejarah mencatat, kelahiran Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908, lahirnya organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan Trikoro Dharmo (Jong Java), Jong Minahasa, dan Jong Ambon. Pada 20 Mei 1974 Presiden Suharto, meresmikan gedung STOVIA menjadi Gedung Kebangkitan Nasional.

44. PRASASTI SUNDA KELAPA


Padrão berasal dari bahasa Portugis yang berarti batu prasasti berupa tiang berukuran besar yang bergambarkan lambang Kerajaan Portugal, yang didirikan oleh para penjelajah Portugal sebagai tanda bagian wilayah Portugal, pada masa penjelajahan atau penemuan dunia baru setelah adanya perjanjian Torsedilhas 1494 dan Zaragosa. Para pemimpin ekspedisi penjelajahan Portugis Bartolomeu Dias, Vasco da Gama, Enrique Leme, dan Diogo Cão telah mendirikan padrão di berbagai tempat di dunia, Prasasti Padrão Sunda Kelapa, adalah salah satunya.
Padrão Sunda Kelapa adalah sebuah prasasti berbentuk tugu batu yang ditemukan pada tahun 1918, ketika dilakukan penggalian untuk membangun fondasi gudang di sudut Jalan Prinsenstraat (sekarang Jl. Cengkeh) dan Groenestraat (sekarang Jl. Kali Besar Timur I), dekat Pasar Ikan, Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Prasasti ini menandai perjanjian Kerajaan Sunda Pajajaran (dengan utusannya yang bernama Raja Samian/Sang Hyang Surawisesa) sebagai penguasa pelabuhan Sunda Kelapa dengan Kerajaan Portugal utusan dagang dari Malaka yang dipimpin Enrique Leme. Padrão ini didirikan di atas tanah yang ditunjuk sebagai tempat untuk membangun benteng dan gudang bagi orang Portugis.
Padrão tersebut sekarang disimpan di Museum Nasional Republik Indonesia, sementara sebuah replikanya yang dibuat oleh Drs. Suryo dari ITB tahun 1980 dipamerkan di Museum Sejarah Jakarta  (lihat di sini).
Padrao ini terbuat dari setinggi 165 cm. Bertanggal 21 Agustus 1522, tulisannya menggunakan aksara Gotik dan berbahasa Portugis. Di bagian atas prasasti ini terdapat gambar bola dunia (armillarium) dengan garis khatulistiwa dan lima garis lintang sejajar. Lambang ini sering digunakan pada masa pemerintahan Raja Manuel I dan III dari Portugal. Di atas lambang tersebut terdapat gambar trefoil kecil, yaitu tumbuhan dengan tiga daun.
Pada baris pertama tulisan prasasti tersebut terdapat lambang salib, dan di bawahnya terdapat tulisan DSPOR yang merupakan singkatan dari Do Senhario de Portugal (penguasa Portugal). Pada kedua baris berikutnya terdapat tulisan ESFER Яa/Mo yang merupakan singkatan dari Esfera do Mundo (bola dunia) atau Espera do Mundo (harapan dunia).

45. PATUNG GAJAH MADA


Monumen Gajah Mada, terletak di halaman sisi kanan Markas Besar Kepolisisan (MABAK) Republik Indonesia, di perempatan jalan Trunojoyo menuju Kebayoran baru, menghadap ke ruang lepas yang merupakan lapangan upacara kepolisian. Monumen ini merupakan karya Catur Prasetya (1961). Tinggi seluruhnya 17m dengan tatakan patung 8m dengan batu beton cor dengan tekstur polos. Patung dikerjakan selama tiga bulan dan dilakukan dalam empat tahap dengan tenaga kerja sebanyak 30 orang. Mereka adalah putera-putera Jakarta asli dari Pondok Cina, Jakarta Selatan.
Sejalan dengan pencanangan Trikora, peresmian monumen ini dilakukan Soekarno tanggal 1 Juli 1962 ikut menanamkan tekad Sumpah Palapa ke dada setiap sukarelawan yang akan maju ke medan juang. Pemrakarsa pendirian monumen ini ialah Menteri Kepala Staf Angkatan Kepolisian, Jenderal Polisi R. Soekarno Djojonagoro, dan perawatannya ditangani oleh MABAK (Markas Besar Angkatan Kepolisian).

46. PATUNG JENDERAL AHMAD YANI


Sebuah patung untuk mengenang besarnya jasa dan pengabdian seorang Ahmad Yani kepada negara. Patung ini didirikan oleh Pemerintah DKI Jakarta dan dibuat oleh Sanggar Bambu. Patung Ahmad Yani terdapat di Jalan Lembang No. D 58, Menteng, yang merupakan bekas rumah tinggal keluarga A. Yani. Kini rumah itu diberi nama "Sasmita Loka" (baca juga di sini)  di bawah pengawasan Dinas Sejarah Angkatan Darat.
Adapun patung Jenderal A.Yani adalah dalam bentuk/wujud utuh. Patung Jenderal A. Yani dalam posisi sedang istirahat, kedua tangan di belakang sambil memegang tongkat komando, berpakaian lengkap PDU IV (Pakaian Dinas Upacara IV), memakai tanda jasa, pakai topi upacara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar