*** BEST SOUND SYSTEM JAKARTA, Jl. Asembaris Raya F. Barat no.40A Kebonbaru Tebet, Jakarta Selatan (12830) Telp: 62.021.83705116 ***

Jumat, 30 Januari 2015

MONUMEN DAN PATUNG DI JAKARTA (2)

6. PATUNG ARJUNA WIJAYA / ASTA BRATA
Di Bundaran Monas, Jakarta Pusat, tepatnya didekat salah satu pintu masuk Monas, seberang gedung Sapta Pesona, kantor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berdiri megah Patung Arjuna Wijaya / Asta Brata yang dibangun Agustus 1987. Patung ini menggambarkan sosok Arjuna lengkap dengan busurnya, berdiri di atas kereta perang yang ditarik 8 ekor kuda, dengan kusirnya Bathara Kresna. Adegan patung karya pematung Nyoman Nuarta itu diambil dari fragmen waktu Arjuna melawan Adipati Karna dalam perang Baratayudha. Kedelapan kuda yang menarik kereta perang itu melambangkan delapan ajaran kehidupan yang diidolakan oleh Presiden Soeharto, Asta Brata (dalam bahasa Jawa Kawi/Jawa Kuno, Asta berarti delapan, brata berarti azas/laku utama) delapan pedoman kepemimpinan, yaitu:
  • Surya (Matahari); Pemimpin harus mampu memberi semangat dan kehidupan kepada rakyatnya, laksana matahari yang selalu menyinari dunia tiada henti.
  • Candra (Bulan); Pemimpih harus mampu memberi penerangan dan membimbing rakyatnya yang berada dalam kegelapan, terutama saat malam hari atau saat rakyatnya mengalami kesukaran.
  • Pertiwi (Bumi); Pemimpin hendaknya berwatak jujur, teguh, dan murah hati, senang beramal, dan senantiasa berusaha untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya. Bumi tempat berpijak, tidak boleh menelan orang-orang yang telah percaya bahwa dia mampu menahan beban.
  • Bayu (Angin); Pemimpin harus dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat dan martabatnya, bisa mengetahui keadaan dan keinginan rakyatnya, serta mampu memahami dan menyerap aspirasi rakyat. Bagai angin berhembus yang hembusannya dapat dirasakan oleh siapapun.
  • Indra (Hujan); Pemimpin harus berwibawa dan mampu mengayomi serta memberikan kehidupan seperti hujan yang turun menyuburkan tanah. Pemimpin tidak boleh menjadi badai yang merusakan rakyatnya.
  • Baruna (Samudera); Luasnya samudera menggambarkan betapa hati seorang pemimpin itu harus luas, tidak mudah marah, selalu menimbang sebelum memutuskan. Oleh karena itu, pemimpin harus memiliki pengetahuan luas agar dapat menahan emosi.
  • Agni (Api); Pemimpin hendaknya tegas dan berani menegakkan kebenaran dan keadilan. Api tidak akan berhenti membakar sebelum habis bahan yang dibakarnya.
  • Lintang (Bintang); Pemimpin harus dapat berfungsi sebagai contoh atau teladan dan panutan bagi masyarakatnya seperti bintang yang dapat menjadi petunjuk para nelayan yang sedang melaut.
Patung ini mulai dibuat bulan April 1987 dan diresmikan tanggal 16 Agustus 1987 oleh Presiden Soeharto. Pada waktu pembuatannya, karena keterbatasan dana, akhirnya patung itu dibuat dari bahan polyester resin cokelat yang kelemahannya mudah rapuh jika terkena sinar ultraviolet. Karena kondisi patung ini mulai keropos, pada tahun 2003 direnovasi dengan menelan biaya 4 miliar dan material patungnya diganti dengan bahan tembaga.
Dimensi panjang patung adalah 23 meter, tinggi 5 meter, dengan bobot  3,600 ton.
Di sebelah selatan patung ini, terdapat prasasti yang berbunyi : “Kuhantarkan kau, melanjutkan perjuangan, mengisi kemerdekaan dengan pembangunan yang tiada mengenal akhir”, sebuah pesan yang sangat mendalam dari Bapak Pembangunan bagi pemimpin dan rakyat Indonesia untuk direnungkan dan diilhami.

7. PATUNG KARTINI
Patung Peringatan Raden Ajeng Kartini atau yang dikenal Patung Kartini. Patung ini berada di dalam wilayah Monas yang berseberangan dengan Stasiun Gambir. Patung Kartini tersebut menggambarkan tiga pose Kartini yang berbeda, yaitu Kartini yang sedang berjalan, menyusui, dan sedang menari.
Patung ini merupakan sumbangan dari bangsa Jepang sebagai lambang persahabatan dengan Indonesia. Patung Kartini diresmikan pada tanggal 20 Desember 2005, oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Yutaka Himura dan Gubernur Jakarta, Sutiyoso. (lihat juga disini)

8. PATUNG JENDERAL SUDIRMAN
Patung Jenderal Besar Soedirman, setinggi 12 meter (6,5 meter tinggi patung; 5,5 meter tinggi penyangganya) terbuat dari perunggu seberat 4 ton dan dikerjakan oleh seniman sekaligus dosen seni rupa ITB, Sunario ditempatkan di lokasi yang sangat strategis, berdiri tegak di kawasan pusat bisnis Indonesia tepat di jantung ibukota, yang lokasinya segaris dengan Patung Pemuda Membangun dan Tugu Monas, di daerah Dukuh Atas, tepatnya depan gedung BNI, di ujung jalan Jenderal Sudirman. Diresmikan tanggal 16 Agustus 2003. Jenderal Sudirman adalah pemimpin pasukan gerilya pada masa perang kemerdekaan (1945-1949).

9. MONUMEN SELAMAT DATANG (BUNDARAN HOTEL INDONESIA)
Patung Selamat Datang, berdiri tepat di jantung Ibukota yang mempertemukan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Husni Thamrin. Letaknya persis di tengah-tengah bundaran air mancur Hotel Indonesia. Dilambangkan oleh sepasang muda-mudi yang membawa seikat bunga dan sedang melambaikan tangan. Patung ini menghadap ke utara arah Kota sebagai pusat bisnis perdagangan dan untuk menyambut para atlit peserta Asian Games IV tahun 1962 yang datang dari pelabuhan waktu itu. 
Patung ini dibuat oleh Edhi Sunarso dan dirancang bersama dengan Henk Ngantung, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Patung perunggu setinggi 17 meter (7 meter dari kaki patung sampai tangan yang melambai; 10 meter penyangga) ini diresmikan oleh presiden Soekarno pada tahun 1962 dalam rangka Asian Games IV yang digelar di Jakarta

10. MONUMEN PEMBEBASAN IRIAN BARAT
Bertempat di Lapangan Banteng Jakarta Pusat, seberang Hotel Borobudur dan Gedung Departemen Keuangan, patung seorang laki-laki tampak berdiri tegak diatas dua buah pilar yang menjulang tinggi, dua tangannya terangkat tinggi-tinggi dengan rantai yang terputus sebagai ekspresi kemerdekaan. Merdeka dari apa? Merdeka dari belenggu penjajahan Belanda yang dulu mengikat kaki dan tangan bangsa Indonesia. Yah…..  inilah Monumen Pembebasan Irian Barat atau Irian Jaya yang sekarang disebut Papua.
Berawal dari pidato Presiden Soekarno pada tahun 1962 yang begitu berapi-api untuk membebaskan Irian Barat, tim pematung pimpinan Edhi Sunarso merealisasikannya dalam bentuk yang dapat kita lihat saat ini. Patung ini terbuat dari bahan perunggu seberat sekitar 8 ton. Tinggi patung dari kaki sampai ujung tangan sekitar 11 meter, sementara tinggi kaki patung dari landasan bawah adalah 20 meter. Lama pembuatan sekitar satu tahun. Presiden Soekarno berkenan meresmikan patung ini pada 17 Agustus 1963.

MONUMEN DAN PATUNG DI JAKARTA (1)

Setelah kita berkelana keliling Jakarta dengan mengunjungi museum-museumnya yang tersebar di lima kawasan ibukota ini, untuk bernostalgia bersama keluarga, untuk berwisata sejarah ataupun sekedar untuk memanfaatkan waktu yang luang, guna mengenal lebih jauh lagi tentang kota Jakarta, mari kita kunjungi Monumen dan Patung-patung bersejarah yang tersebar ditempat-tempat umum yang berbaur dengan kehiruk pikukan kota ini. Jumlahnya lebih dari 30-an, diantaranya:

1. PATUNG PAHLAWAN (TUGU TANI) 
Patung ini terletak di daerah Gambir, tepatnya di pertemuan Jl. Prapatan - Jl. Arif Rahman Hakim - Jl. Wahid Hasyim - Jl. Ikhw. Ridwan Rais dan Jl. Kebon Sirih. Patung yang dibuat sebagai bentuk penghargaan kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia ini dilambangkan oleh seorang laki-laki yang memakai caping (topi pak tani) menyandang senapan dan sedang meminta restu pada wanita yang ada disisinya untuk maju ke medan perang. Patung ini resminya bernama Patung Pahlawan, namun karena topi capingnya itulah, maka orang-orang biasa menyebut patung ini dengan sebutan Patung Pak Tani.
Ide patung ini dimulai saat presiden Soekarno melakukan perjalanan ke kota Moskow dan beliau terkesan dengan patung-patung yang ada disana. Saat itu presiden Russia mengenalkan presiden Soekarno ke salah satu seniman yang bernama Matvei Manizer dan anaknya Otto Manizer. Mereka pun kemudian diundang ke Indonesia untuk membuat patung yang melambangkan semangat kemerdekaan. Disinilah kedua pematung itu berkelana dan menemukan legenda Jawa Barat yang berkisah tentang seorang Ibu yang mengiringi anaknya untuk pergi berperang. Sang Ibu memberikan semangat supaya sang anak memenangkan setiap peperangan dan selalu ingat dengan orang tua dan negaranya.
Patung perunggu ini dibuat di Rusia dan dibawa ke Indonesia dengan menggunakan kapal laut, dan kemudian diresmikan pada tahun 1963 oleh Presiden Soekarno. Pada papan di monumennya tertulis: "Bangsa yang menghargai pahlawannya adalah bangsa yang besar".

2. PATUNG DIRGANTARA (TUGU PANCORAN)
Monumen bersejarah yang terletak di Pancoran Jakarta Selatan ini dibuat pada akhir kepemimpinan Presiden Soekarno, dan kabarnya untuk menyelesaikan proyek pembuatan patung ini, Presiden Soekarno sampai rela menjual mobil pribadinya. Letaknya diperempatan Jl. Letjen Haryono MT - Jl. Jend. Gatot Subroto - Jl. Prof. DR. Supomo dan Jl. Pasar Minggu Raya.
Patung Pancoran berbentuk patung manusia yang kuat dan berani terbang menjelajah angkasa, menghadap ke Utara dengan tangannya seakan menunjuk ke arah bekas Bandar Udara Internasional Kemayoran. Presiden Soekarno ingin menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan dilindungi oleh angkatan udara yang kuat dan dilayani oleh transportasi udara yang solid sebagai sarana perpindahan manusia.
Patung ini dirancang oleh Edhi Sunarso sekitar tahun 1964-1965. Sedangkan proses pengecorannya dilaksanakan oleh Pengecoran Patung Perunggu Artistik Dekoratif Yogyakarta pimpinan I Gardono, dalam pengerjaannya diawasi langsung oleh Presiden Soekarno sendiri. Berat patung yang terbuat dari perunggu ini mencapai 11 Ton. Sementara tinggi patung itu sendiri adalah 11 Meter, dan kaki patung berbentuk lengkungan dari beton setinggi 27 Meter. Proses pembangunannya dilakukan oleh PN Hutama Karya dengan Ir. Sutami sebagai arsitek pelaksana.
Pengerjaannya sempat mengalami keterlambatan karena peristiwa G30S/PKI.

3. PATUNG PANGERAN DIPONEGORO; Taman Monas
Patung Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro yang menunggang seekor kuda berdiri menjulang tinggi dengan gagahnya seakan hendak terbang, di lapangan Monas, Jakarta Pusat, letaknya di dekat pintu masuk menuju ke dalam bangunan Monas.
Di dekat patung terdapat informasi mengenai Pangeran Diponegoro, tentang riwayat singkat perjuangan Pangeran Diponegoro dalam mengusir penjajah Belanda, hingga beliau wafat karena diasingkan. Patung ini sungguh terlihat gagah.
Patung yang terlihat sangat gagah ini dibuat berdasarkan gagasan bekas Konsul General Italia di Indonesia Dr. Mario Pitta. Dia adalah seorang pengusaha besar Italia yang terkenal sangat mengagumi dan mencintai Indonesia. Selama menjabat sebagai konsul, ia bercita-cita menghadiahkan sesuatu sebagai kenang-kenangan kepada bangsa Indonesia. Keinginan tersebut pada tahun 1963 dinyatakan kepada Dubes RI di Italia yang waktu itu dijabat Hadi Thayeb dan disarankan untuk membuat patung para pahlawan nasional Indonesia, ternyata yang dipilih adalah Pangeran Diponegoro.
Patung Diponegoro dibuat seorang pemahat kenamaan Italia yakni Cobertaldo, yang dikirim langsung oleh Dr. Mario Pitta ke Indonesia. Untuk memulai pekerjaan tersebut, Cobertaldo ditugaskan mengadakan penelitian mengenai berbagai tipe orang Indonesia sambil mempelajari sejarah dan kebudayaan Indonesia. Berhari-hari ia mempelajari berbagai macam posisi kuda yang sering dipakai Diponegoro. Setelah meresapi perjuangannya, dibuatlah patung tersebut, sang pangeran berjubah dan bersorban putih sedang menunggang kuda putih dengan kedua kaki depan diangkat ke atas. Dibuat dengan bahan perunggu dan dikerjakan selama setahun pada 1965 di Italia. Setelah dikirim ke Jakarta, patung tersebut diletakkan di dalam Taman Monas. (lihat juga disini)

4. PATUNG PANGERAN DIPONEGORO; Taman Suropati
Patung Pangeran Diponegoro sedang menunggangi seekor kuda yang terletak di depan Taman Suropati Menteng, Jakarta pusat ini berdiri dihamparan bunga-bunga rambat yang didominasi warna hijau dan jingga dibagian pinggirnya. Terletak dipertemuan Jalan Diponegoro dengan Jalan Imam Bonjol. Diapit dua objek yaitu Gedung Bappenas dan Taman Suropati. Diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso tanggal 6 Desember 2005.

5. PATUNG PEMUDA MEMBANGUN
Patung yang terletak di bunderan Senayan, Jl. Jenderal Sudirman – Jl. Sisingamangaraja, tempat strategis sebagai titik temu antara Senayan sebagai pintu gerbang Jakarta Pusat dengan area Jakarta Selatan ini, dibuat sebagai penghargaan untuk para pemuda dan pemudi dalam keikut sertaannya pada pembangunan Indonesia. Dilambangkan dengan seorang pemuda gagah dan kuat yang sedang menjunjung obor berupa piring berapi yang tak pernah padam, mengandung filosofi semangat pembangunan yang tak pernah mati. Ketika itu mulai dicanangkan Pelita (Pembangunan Lima Tahun) I.
Tujuan yang ingin dicapai dengan manifestasi patung ini adalah untuk mendorong semangat membangun yang pada hakekatnya harus dilakukan oleh para pemuda atau orang-orang yang berjiwa muda. Maka patung ini diberi nama Patung Pemuda Membangun. Seluruh pendanaan pembuatan patung disandang oleh perusahaan minyak yang saat ini bernama Pertamina. Ketika itu pimpinan tertingginya, Ibnu Sutowo, ikut memegang peranan.
Patung ini terbuat dari beton bertulang yang dilapisi oleh teraso, mulai dibangun pada bulan Juli 1971 oleh tim yang tergabung dalam ISA (Insinyur, Seniman dan Arsitek) dengan Imam Supardi sebagai pimpinan tim dan Munir Pamuncak sebagai penanggungjawab pelaksana, direncanakan untuk diremikan pada Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1971, tetapi karena pembangunan belum selesai maka diresmikan pada bulan Maret 1972.

Sabtu, 17 Januari 2015

BERNOSTALGIA DI MUSEUM (14)

MUSEUM TELEKOMUNIKASI
 
Museum Telekomunikasi (Mustel)terletak di Jl. TMII no.1 Jakarta Timur, berdiri di atas areal tanah seluas 19.576,66 m2 dalam kawasan Taman Mini Indonesia Indah di bagian depan, berdampingan dengan Museum Olahraga dan Bayt al-Quran di dekat pintu utama. Ciri khas bangunan ini beratap kubah warna biru dengan sebuah Monumen Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada yang berdiri tegak sambil mengacungkan keris di bagian depannya. Adegan ini mengingatkan pada satelit komunikasi pertama Indonesia yang diberi nama Palapa, sesuai jiwa Sumpah Sang Maha Patih untuk menyatukan Nusantara.
Gedung museum 4 lantai yang diresmikan oleh Presiden RI Soeharto pada 20 April 1991 ini memiliki bangunan induk untuk ruang pameran dan pengelolaan serta ruang penerima tamu di bagian depan.
Museum Telekomunikasi memamerkan berbagai koleksi dan informasi mengenai perkembangan pertelekomunikasian di Indonesia pada masa sebelum-masa perang-awal kemerdekaan, Orde Baru, dan masa depan telekomunikasi dunia, termasuk alat komunikasi dari masa ke masa.
Untuk melihat pameran secara utuh dan berurutan pengunjung harus memulainya dari lantai 4 (Zona 1), lalu berjalan memutar setahap demi setahap menuju ke lantai 1 (Zona VI). Alur bangunan gedung ini adalah melingkar.
Lantai 4 memamerkan tampilan materi peraga introduksi dan konvensional. Introduksi, meliputi panel misi, visi, tujuan, filosofi dari gedung Mustel-TMII, panel pengertian dasar dan komunikasi dan telekomunikasi. Sedangkan yang konvensional menampilkan panel komunikasi tradisional, peragaan komunikasi bunyi-bunyian (pukul, tiup), dan peragaan alat komunikasi isyarat (semaphone)
Lantai 3 menyajikan tampilan peraga konvensional tapi yang elektrik, seperti simulasi telegraph morse, simulasi telepon manual, diorama pemancar perjuangan dan YBJ-6.
Lantai 2 menyajikan tampilan peraga modern, baik yang analog maupun yang digital.
Lantai 1 memamerkan tampilan materi peraga futuristik, seperti simulasi pesawat videophone, jenis dan model V-Phone Cellular, panel konfigurasi cyber net serta sistem satelit iridium.
Masyarakat umum dapat memanfaatkan museum ini sebagai sarana belajar dengan dilengkapi sarana teater dengan koleksi film dokumenter perkembangan teknologi telekomunikasi dan film animasi si Ponix; ruang elshop, ruang Info dan demo produk barang/jasa telekomunikasi, ruang rapat, warung telekomunikasi, dan warung internet.
Museum dibuka untuk umum setiap hari kecuali Senin dan Libur Nasional.
Jam kunjung: 09.00 – 16.00
Tiket: Rp. 2.000,-

MUSEUM TIMOR TIMUR
Museum Timor Timur berada di dalam areal Taman Mini Indonesia Indah dan terletak di sebelah utara Istana Anak-Anak Indonesia, menghadap ke selatan arah Museum Prangko Indonesia. Pada awalnya museum ini merupakan Anjungan daerah Timor-Timur yang dibangun tahun 1979 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto. Setelah Provinsi Timor Timur berpisah dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia anjungan ini dijadikan sebagai monument peringatan sekaligus sebagai museum.
Museum seluas 4.988 m² menampilkan rumah penduduk, terdiri atas sebuah bangunan utama dan beberapa bangunan pendukung. Bangunan utama disebut uma lautem atau dagada, berupa rumah panggung dengan empat tiang tiga meter di atas permukaan tanah, berbentuk segi empat dengan atap ramping menjulang. Atap berlapis ijuk, berdinding kayu, dan dilengkapi banyak jendela yang berfungsi sebagai penerangan di siang hari. Aslinya, balok utama menggunakan kayu besi, sedangkan tiang menggunakan kayu yang diikat dengan tali dari rotan.
Di dalam uma lautem dipamerkan barang-barang khas Timor Timur, berupa peralatan makan, busana adat, senjata tradisional, alat musik tradisional, hasil kerajinan, serta perlengkapan lain seperti anyaman dari daun tal, keramik atau manatutu, kain tenun khas Timor Timur (tais), serta aneka jenis cangkang kerang atau keong dari Pulau Atauro. Juga dipajang foto-foto yang memperlihatkan keindahan alam, antara lain pantai pasir putih dan sebuah monumen berupa patung Kristus Raja dan foto-foto lain yang mengingatkan bahwa Timor Timur pernah menjadi bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bangunan pendukung uma laku berupa bangunan panggung kembar beratap bulat dan tidak berdinding. Kedua bangunan ini mengapit bangunan induk, berfungsi sebagai balai pertemuan adat, namun di Museum Timor Timur digunakan sebagai tempat istirahat bagi pengunjung.
Bangunan pendukung lain berupa panggung yang digunakan untuk pergelaran seni yang dapat digunakan oleh umum untuk acara-acara yang memerlukan pentas dan penonton duduk di lantai dasar uma lautem.
Museum Timor Timur, pada saat berstatus anjungan daerah, pernah menerima kunjungan Perdana Menteri ndia Naelam Sanjiva Reddy dan Nyonya pada tanggal 4 Desember 1981 dan berkenan melakukan penanaman pohon beringin persahabatan. Museum dibuka untuk umum tiap hari Selasa s/d Minggu.
Pukul 09.00 - 16.00 wib
Harga Tiket Masuk Rp. Gratis.

MUSEUM TRANSPORTASI
Museum Transportasi TMII yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 20 April 1991 ini merupakan milik Departemen Perhubungan RI dengan luas lahan 6,25 hektare, akan mengajak Anda untuk mengenal lebih dekat dunia transportasi. Berbagai perkembangan teknologi transportasi dari masa ke masa diperagakan di museum ini baik di dalam maupun luar ruangan.
Pameran di dalam ruangan dibagi dalam beberapa ruangan yang seolah-olah merupakan bangunan tersendiri, disebut modul; terdiri atas modul:
Modul pusat menggambarkan keberadaan transportasi masa lampau, mencakup transportasi darat dan laut dari berbagai daerah di Indonesia, berupa alat transportasi sederhana dengan menggunakan tenaga manusia, hewan, atau angin; antara lain cikar, andong, bendi, becak, perahu layar.
Modul darat menggambarkan keberadaan dan layanan transportasi darat, mencakup transportasi jalan, jalan baja, sungai, danau, dan penyeberangan, berupa alat transportasi yang sudah mulai menggunakan tenaga mesin awal sampai sekarang; antara lain cikar DAMRI yang merupakan armada pertama DAMRI dan berperan pada masa kemerdekaan (tahun 1946) sebagai alat angkut logistik militer di wilayah Surabaya dan Mojokerto.
Modul laut menggambarkan keberadaan dan layanan jasa transportasi laut yang telah menggunakan mesin, mencakup berbagai kapal penumpang, container, dok terapung,serta peralatan penunjangnya; dilengkapi paparan teknologi kelautan dengan berbagai jenis kapal laut, prasarana yang ada dewasa ini, serta peralatan penunjang lain.
Modul udara menggambarkan keberadaan dan layanan jasa transportasi udara serta perkembangannya dan teknologi peralatan transportasi udara, mencakup pesawat terbang, peralatan transportasi udara, dan peralatan bandar udara.
Pameran luar statis menampilkan berbagai jenis lokomotif generasi pertama Perusahaan Kereta Api Indonesia, termasuk rel kereta api dan terowongan, Kereta Api Luar Biasa (KLB) yang digunakan Presiden dan Wakil Presiden Rl Pertama Soekarno-Hatta pada waktu Pemerintah RI hijrah dari Jakarta ke Yogyakarta, bis yang pernah dioperasikan di Indonesia, serta pesawat udara jenis DC-9 PK-GNT milik Garuda Indonesia yang pernah melayani penerbangan ke negara-negara Asean dan Australia. Di samping itu terdapat sebuah rangkaian kereta api, terdiri atas lokomotif dan dua gerbong kayu, sebagai sarana hiburan bagi pengunjung.
Museum dibuka untuk umum tiap hari Selasa – Minggu, pukul: 09.00 –18.00. Tiket masuk: Rp 2.000

MUSEUM TAMAN AQUARIUM AIR TAWAR
 
Museum yang dibangun sejak tahun 1992 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1994, ini merupakan taman biota air tawar terbesar dan terlengkap ke dua di dunia serta terbesar di Asia, terletak diantara Museum Asmat dan Museum Serangga, dekat Teater Imax Keong Mas dalam kawasan Taman Mini Indonesia Indah.
Museum Taman Aquarium menyimpan 6.000 ekor 126 spesies, terdiri atas beragam jenis, baik dari berbagai perairan Indonesia maupun belahan dunia lain, meliputi tanaman air, reptilia, crustacea, dan ikan. Taman aquarium ini dilengkapi museum, perpustakaan, auditorium, aquarium Nusantara, pojok reptilia, lorong gurame, dan ruang karantina yang dibangun di bagian belakang untuk pengembangbiakan koleksi dan menampung hasil dari petani yang dapat diperjualbelikan kepada pengunjung, masyarakat umum, penampung ikan, dan eksportir. Taman aquarium juga membuka kesempatan bagi para mahasiswa dan masyarakat umum untuk melakukan penelitian dan observasi berkait dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan peluang bisnis ikan hias.
Beberapa koleksi istimewa yang berasal dari air tawar asli Indonesia antara lain arwana/siluk (scleropages formosus), hiu gergaji (pristis microdon), tapah (wallago leerii), gurame putih (osphronemus goramy), ikan selurus maninjau (homaloptera gymnosgaster), ikan wader goa (puntius microps), ikan lopis jawa (notopterus notopterus), ikan sumpit, ikan hantu, ikan botia, ikan buntal, belut listrik dan lain-lain. Selain itu, terdapat juga koleksi jenis ikan tamu yang mempesona antara lain arapaima (arapaima gigas), piranha (serrasaimus) dari sungai Amazon di amerika, ikan buaya (atractosteus spatulla) dari Amerika Tengah dan Amerika Utara, ikan buta, ikan kupu-kupu, ikan chinese high fin (myxocyprinus asiaticus asiaticus) dari sungai Yangtze Cina, serta kelompok ikan kecil guppy, molly, dan platy. Selain ikan ada juga jenis reptile seperti kura-kura Labi-Labi Albino (amyda cartilaginea) dari Papua Nugini, kura-kura buaya (macrochelys temminckii), sidat kembang atau belut besar (anquila marmota).
Museum dibuka untuk umum tiap hari dari pukul 08.30 – 18.00
Harga tiket masuk Rp. 15.000 (sudah termasuk kunjungan ke Museum Serangga dan Taman Kupu-kupu.

PUSAT PERAGAAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (PP-IPTEK)
Museum PP IPTEK, dengan bangunan seluas 24.000 m2  ini mengusung gaya arsitektur futuristik, terletak di poros utama Taman Mini Indonesia Indah, diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 April 1991. Museum ini memiliki 250 koleksi peragaan interaktif yang menghibur dan sarat nilai edukasi, dikelompokkan menjadi 14 wahana: antariksa, lingkungan, energi, fluida, gelombang, listrik dan magnet, mekanika, optik, transportasi darat, transportasi udara, arena peneliti cilik, matematika, penyakit dan kesehatan, galeri Plato. Peraga disiapkan untuk anak-anak dari TK sampai dengan SLTA.
Di museum ini metode ilmiah diterapkan dengan memakai alat dan bahan percobaan sederhana. Seperti bola yang dapat melayang karena perbedaan tekanan dalam aliran udara. Ada juga permainan sepeda dengan pak Belulang, Pak Belulang akan bergerak sesuai dengan gerakkan sang pengayuh sepeda. Gerakannya memperlihatkan tulang manusia yang saling terhubung satu sama lain dengan sendi yang melancarkan pergerakkan.” tengkoraknya itu kok ngikutin gitu.. Jadi asik gitu kan.. Saya juga bingung sebenarnya, saya yang ngikutin dia atau dia yang ngikutin saya.. Gitu.. “ kata salah satu pengunjung. Pengalaman ini tentu memberi kesan tersendiri bagi kita yang mencobanya.
Selain peragaan, museum sains ini juga memiliki simulator bencana. Di sini kita bisa merasakan sensasi gempa bumi sekaligus mengetahui kedahsyatan bencana tsunami. 
Tersaji juga film-film ilmiah yang diputar di ruang auditorium berkapasitas tempat duduk 130 orang untuk menambah ilmu pengetahuan yang menghibur, dan dapat memahami sains dengan cara yang mudah, dan menyenangkan.
Bila anda berniat ke Museum PP-IPTEK, lebih baik jadikan Museum ini sebagai tujuan pertama dalam kunjungan kita ke TMII karena anak-anak masih dalam keadaan segar dan bersemangat untuk bereksplorasi mencoba alat-alat peraga yang tersedia. Selain itu kunjungan ke Museum ini sebaiknya tidak hanya dikunjungi satu kali karena butuh waktu seharian penuh untuk membaca setiap penjelasan dan meresapi ilmu yang anak-anak dapatkan dari kegiatan mencoba berbagai alat peraga.
Lokasi Museum: Jl. Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur
Buka: Senin-Jum’at, 08.30–16.00, Sabtu-Minggu, 09.00–16.30
Tiket: umum Rp.16.500,-

Kamis, 08 Januari 2015

BERNOSTALGIA DI MUSEUM (13)

MUSEUM PENERANGAN
museum_penerangan_tmii 
Museum Penerangan terletak di komplek Taman Mini Indonesia Indah disisi utara dekat dengan pintu 2, lebih tepat lagi berada di belakang anjungan daerah Jambi, menempati areal seluas 10.850 m2 dengan luas bangunan 3.980 m2. Gedung diresmikan pada 22 April 1993.
Bangunan museum memiliki tiga lantai. Bentuknya bintang bersudut lima yang melambangkan pancasila dan lima unsur media penerangan, yakni penerangan tradisional, radio, televisi dan pers.
Di depan bangunan museum terdapat tugu yang menyangga lambang penerangan “Api Nan Tak Kunjung Padam” dikelilingi oleh lima patung juru penerangan serta air mancur, pertemuan air dari atas tugu dengan air yang memancar dari bawah, melambangkan hubungan timbal balik antara pemerintah, masyarakat, dan media massa. Bagian atap bangunan yang berbentuk silinder melambangkan kentongan yang merupakan sarana tradisional, menyangga kerucut yang melambangkan antena, yang merupakan sarana modern. Ini mengandung arti bahwa sarana tradisional digunakan bersama-sama dengan sarana modern saling mengisi.
Saat ini, Museum memiliki koleksi sebanyak 431 buah. Misalnya surat kabar, foto, miniatur, diorama, maket, dan patung tokoh perfilman serta pers yang dilengkapi dengan audio player dengan sistem koin. Selain itu, juga ada fasilitas perpustakaan yang saat ini mengoleksi 1.633 buah buku.
Di lantai dua museum, terdapat relief sepanjang 150 meter yang menggambarkan sejarah penerangan Indonesia selama lima periode, peran penerangan dalam membangun kesatuan dan persatuan bangsa, dan penyampaian informasi melalui media cetak dan elektronik baik tradisional maupun modern.
Selain relief, di lantai dua juga terdapat tujuh diorama yang menggambarkan kegiatan penerangan dalam membangkitkan nasionalisme, menyatukan bangsa dan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan.
Sedangkan di lantai tiga museum ini, terdapat sebuah studio mini televisi, radio dan juga film. Studio tersebut pernah digunakan TVRI dan RRI untuk menyiarkan informasi kepada masyarakat.
Ayo berkunjung ke Museum Penerangan TMII, gak usah bayar tiket ko…. Hanya mengisi buku daftar tamu aja. Museum ini buka dari hari Senin-Minggu, pukul 08.00 WIB-16.00 WIB.

MUSEUM PERANGKO INDONESIA
museum-perangko 
Museum Perangko Indonesia berada di dalam kompleks Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, menempati sebuah bangunan artistik bergaya Jawa Bali dengan gapura berbentuk candi bentar serta pendopo besar luas beratap limasan di bagian depannya.
Di halaman Museum Perangko Indonesia terdapat tugu bola dunia, dengan seekor burung merpati membawa sepucuk surat, melambangkan tugas Perum Pos dan Giro untuk menjangkau seluruh dunia.
Ruangan Museum yang berbentuk melingkar, dibagi dalam 6 blok penyajian:
Instalasi di Blok Penyajian I Museum Perangko Indonesia yang berisikan Sejarah Perangko. Di sini diperlihatkan bagaimana pengiriman kabar dilakukan pada jaman dahulu, dengan menggunakan daun lontar; miniatur alat angkut surat tahun 1602 sampai tahun 1864; serta foto-foto prangko pertama di dunia yang dikenal dengan The Penny Black, tokoh pencetus prangko Sir Rowland Hill, Kantor Pos pertama di Batavia, prangko pertama Belanda yang terbit tahun 1852, dan klise prangko Belanda pertama bergambar Raja Willem III yang diterbitkan 1864.
Di Blok Penyajian II Museum Perangko Indonesia diperlihatkan proses pembuatan perangko, menampilkan patung pria perancang perangko, lengkap dengan peralatannya. Pada dinding menempel foto kantor pusat Pos yang berada di sebelah Gedung Sate Bandung.
Ruang penyajian III terdapat sejumlah perangko yang terbit tahun 1864-1950 pada masa pemerintahan Belanda, Jepang, dan masa perang kemerdekaan, Slide perangko Belanda dan Jepang bertema kebudayaan dan pariwisata, slide perangko peringatan 10 tahun Kemerdekaan RI, dan foto perangko bergambar Bung Karno dan Bung Hatta sebagai latar belakang perangko perjuangan yang dicetak di luar negeri.
Ruang penyajian IV menampilkan perangko dan souvenir sheet ‘cari kenangan’ yang diterbitkan sejak tahun 1950 dengan lima masa penerbitan: 1950-1959, tahun 1959-1966, tahun 1966-1973, tahun 1973-1983 dan tahun 1983-1993.
Diorama di Blok Penyajian V Museum Perangko Indonesia memamerkan koleksi perangko yang disusun berdasarkan tema, seperti kebudayaan, pariwisata, flora, fauna, lingkungan hidup, dan kemanusiaan.
Ruang penyajian VI menampilkan perangko tematik, khususnya Kepramukaan dan olahraga, di dalam beberapa kotak penyajian, termasuk slide Ibu Tien Soeharto dengan seragam Pramuka ketika menandatangani Sampul Hari Pertama Perangko Internasional ke-VI di Cibubur.
Jam Buka Museum Perangko Indonesia:
Selasa s/d Jum’at 08.00 – 16.00
Sabtu – Minggu 08.00 – 17.00
Senin : tutup
Tiket Masuk Museum Perangko Indonesia Rp. 2.000.

MUSEUM PUSAKA / TOSAN AJI
museum_pusaka 
Berlokasi di Komplek Taman Mini Indonesia Indah ( TMII ), Jakarta Timur di bagian sisi selatan, di antara gedung Museum Keprajuritan, Museum Serangga dan Taman Kupu-Kupu. Bangunan ini amat khas karena di atas atapnya terdapat bentuk keris menjulang. Tujuan dari museum ini tak lain untuk melestarikan, merawat, mengumpulkan serta menginformasikan benda-benda budaya berupa senjata tradisional kepada generasi mendatang.
Awalnya koleksi museum ini merupakan milik Mas Agung, yang kemudian dihibahkan oleh Sri Lestari Mas Agung kepada Ibu Tien Soeharto selaku ketua Yayasan Harapan Kita, yang kemudian museum ini diresmikan pada 20 April 1993 oleh Bapak H.M. Soeharto (Presiden RI saat itu). Mengkoleksi 6.811 benda koleksi.
Museum terdiri dari dua lantai dengan luas 1.535 m² berdiri di atas lahan 3.800 m².
Lantai I terdapat ruang informasi, ruang pusaka nusantara, ruang budaya pusaka dari jaman-kejaman, ruang jenis kayu, ruang Besalen, ruang konservasi/preservasi, ruang cenderamata/ruang kolektor, dan ruang Jamasan.
Sedangkan di lantai II terdapat ruang introduksi, ruang pusaka terpilih, ruang tangguh pusaka, ruang Pamor, dan ruang publik.
Selain memeragakan benda-benda koleksi senjata seluruh nusantara, ruang pameran juga menginformasikan berbagai hal mengenai pusaka, misalnya rincian pusaka, ragam bentuk pusaka, zaman pembuatan pusaka, ragam hias bilah pusaka, berbagai pusaka khas daerah, pusaka dari zaman ke zaman, dan pusaka hasil temuan. Jenis-jenis kayu untuk membuat pusaka serta ruang besalen (tempat kerja empu pembuat keris) dan peralatannya melengkapi pameran.
Beberapa koleksinya antara lain Keris Nagasasra Sabuk Inten zaman Mataram, kujang zaman Pajajaran, keris Singa Barong tinatah mas, karih dari Sumatera, belati zaman Kerajaan Mataram, kudi zaman kerajaan Tuban, pedang zaman Hamengku Bowono IX, dan keris Naga Tapa dari Yogyakarta merupakan pusaka langka dan melegenda.
Selain pameran tetap, museum juga melaksanakan pameran berkala baik di dalam maupun bekerjasama dengan pihak luar. Kegiatan lain yang ditawarkan kepada umum adalah penjamasan/perawatan pusaka, sertifikasi dan konsultasi pusaka, dan bursa pusaka keris dan tombak bagi yang berminat mengoleksi benda-benda pusaka.
Jam buka : Selasa – Minggu, Jam 09.00 – 16.00.
Tarif masuk : Rp 7.000.

MUSEUM SERANGGA DAN TAMAN KUPU-KUPU
museum_serangga 
Pengurus Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) dan Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) dengan restu Ibu Tien Soeharto mendirikan Museum Serangga dengan tujuan mengenalkan keanekaragaman khasanah serangga serta merangsang keinginan dan kepedulian masyarakat terhadap peran dan potensinya di alam.
Museum ini terletak di samping Taman Akuarium Air Tawar, menempati areal seluas 500 m2 mengambil bentuk tubuh belalang dan diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 20 April 1993 bertepatan dengan ulang taun TMII ke-18 pada tahun 1998.
Jenis serangga dunia diperkirakan sekitar 16% ada di Indonesia. Sebanyak 500 jenis, terdiri atas kupu-kupu (sekitar 250 jenis), kumbang (sekitar 150 jenis), dan kelompok serangga yang lain (sekitar 100 jenis) menjadi koleksi Museum Serangga dan Taman Kupu (MSTK). Diorama-diorama yang dapat dilihat meliputi pesona kumbang nusantara, peranan serangga tanah dalam ekosistem dan pelestarian ekosistem, peta serangga Indonesia, serangga-serangga perombak, peta kupu-kupu Indonesia, kupu-kupu Bantimurung, dan serangga-serangga di pekarangan, serta kotak-kotak koleksi yang menampilkan kelompok serangga lain.
Selain koleksi serangga mati, juga mempunyai koleksi serangga hidup yang dapat dilihat langsung oleh pengunjung, antara lain kumbang tanduk, kumbang air, lebah madu, belalang ranting, belalang daun, dan kumbang badak. Di dalam Taman Kupu terdapat sekitar 20 jenis tanaman berbunga yang sering dikunjungi kupu-kupu. Selain itu juga dipelihara beberapa jenis binatang, antara lain tupai Sumatera, tupai Bali, oppusum layang, kadal lidah biru, kancil, dan tarsius. Laboratorium digunakan sebagai sarana penangkaran dan terbuka bagi mahasiswa dan pelajar yang ingin belajar bagaimana mengoleksi, membuat awetan serangga, identifikasi, serta memelihara serangga hidup dan mati.
Museum juga menyediakan layanan untuk menambah pengetahuan mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan serangga, misalnya bimbingan umum tentang serangga dan kehidupannya, pemutaran film tentang kehidupan serangga dan penjelasan di ruang audio visual, bimbingan mengawetkan serangga, dan penangkaran serangga (kupu, belalang ranting dan belalang daun), yang dilengkapi dengan perpustakaan.

Jam Kunjungan:
Senin –  Minggu 09.00-17.00
 
Tiket:
Tiket masuk TMII (di atas tiga tahun) Rp 9.000
Tiket masuk Museum Serangga dan Taman Kupu (satu paket dengan Taman Aquarium Air Tawar) Rp 15.000
Note: Tiket shuttle/mobil wisata Nusantara Rp 3.000 (sebelumnya gratis).