*** BEST SOUND SYSTEM JAKARTA, Jl. Asembaris Raya F. Barat no.40A Kebonbaru Tebet, Jakarta Selatan (12830) Telp: 62.021.83705116 ***

Rabu, 15 Oktober 2014

BERNOSTALGIA DI MUSEUM (12)

MUSEUM ISTIQLAL 
Bayt al-Qur’an & Museum Istiqlal (BQ&MI) yang menempati areal seluas 20.013 m2 dibuka untuk umum tanggal 20 April 1997 bersamaan dengan peresmian oleh Presiden Soeharto, merupakan kesatuan dari dua lembaga yang berbeda namun dalam kesatuan konsep. Bayt al Qur’an, yang berarti rumah Al Qur’an, dengan materi pokok berupa peragaan yang berkaitan dengan Al Qur’an, sedangkan Museum Istiqlal menampilkan hasil-hasil kebudayaan Islam Indonesia.
Ruang pamer Bayt al-Qur’an menghadirkan beragam seni mushaf dari dalam dan luar negeri, seperti Mushaf Istiqlal yang menjadi primadona pada Festival Istiqlal II 1995, Mushaf Wonosobo, yang merupakan terbesar hasil kreasi dua orang santri Pondok Pesantren al- Asy’ariah, Wonosobo, Jawa Tengah, Mushaf Sundawi yang menampilkan iluminasi ragam hias khas Jawa Barat, dan Mushaf Malaysia yang menampilkan iluminasi ragam khas Malaysia.
Ditampilkan pula al-Qur’an standar Departemen Agama RI, al-Qur’an biasa dan al-Qur’an Braille untuk umat Islam tunanetra. Disajikan juga al-Qur’an Interaktif dalam bentuk software (perangkat lunak) computer yang dapat dioperasikan secara digital seperti program-program aplikasi komputer lainnya.
Ruang peraga Museum Istiqlal menyimpan dan memamerkan benda-benda budaya yang telah berabad lamanya, menembus peradaban suku, bahasa, daerah, dan adat istiadat di Indonesia. Kejayaan historis masa lalu dan masa kini berbaur dalam suatu peristiwa. Manuskrip al-Qur’an, benda-benda tradisi dan warisan, arsitek, seni rupa kontemporer, serta benda islami lainnya, semua tersimpan di sini, sebagai hasil implementasi dan implikasi budaya yang bersumber dari al-Qur’an.
Bangunan Bayt al-Qur’an & Museum Istiqlal berlantai 4 dengan lingkungan yang jauh dari polusi memiliki fasilitas ruangan yang lengkap seperti, serba guna (main hall), auditorium, audiovisual, ruang kelas, pameran, balkon, dan lain-lain. Semua itu dapat digunakan untuk mengadakan kegiatan seperti, seminar, pertunjukkan, pameran, perlombaan, forum ilmiah, syukuran, dan lain-lain.
Jam buka : Setiap hari, Jam 09.00 – 16.00.
Tarif masuk : Gratis.


MUSEUM KEPRAJURITAN INDONESIA 
Di jalur luar bagian selatan Taman Mini Indonesia Indah terdapat sebuah bangunan megah Museum Keprajuritan Indonesia berbentuk benteng bersegi lima yang dikelilingi perairan. Perairan sekeliling benteng ini menggambarkan negara kepulauan dengan doktrin Wawasan Nusantara. Misinya adalah melestarikan bukti dan rekaman sejarah perjuangan bangsa pada masa-masa perjuangan sejak abad ketujuh sampai abad kesembilanbelas. Oleh karena itu setiap segi bangunan dan benda yang ditampilkan memiliki makna perlambang.
Gerbang utama berbentuk model bangunan abad keenambelas, mencerminkan sifat keterbukaan dan keramahtamahan rakyat Indonesia. Di setiap sudut bangunan terdapat menara pengintai atau bastion, menyiratkan kewaspadaan nasional. Dua kapal tradisional—yaitu kapal Banten dan kapal Pinisi dari Sulawesi Selatan—bersandar di danau, melambangkan kekuatan maritim dari barat sampai ke timur.
Penyajian pameran dalam bentuk diorama, fragmen patung, dan relief, baik bagian luar maupun bagian dalam. Pameran bagian luar berupa paduan relief yang menyatu ke dinding gedung bagian luar, meliputi 19 adegan kisah panjang perjuangan bangsa dari abad VII sampai abad XIX, antara lain sewaktu Raden Wijaya mengusir tentara Cina tahun 1292, pertempuran di Benteng Sao Paolo tahun 1575 di Maluku dan Sultan Ageng menyerang Kastel Batavia tahun 1628.
Ruang pamer bagian dalam menyajikan 14 diorama yang menggambarkan cerita perlawanan terhadap penjajah untuk mempertahankan tanah air. Juga terdapat tiruan senjata, meriam, pakaian perang, panji-panji, formasi tempur serta boneka peraga yang mengenakan busana prajurit tradisional. Di samping itu juga dipamerkan 23 patung pahlawan dari perunggu berukuran 1¼ kali besar manusia yang ditempatkan mengelilingi panggung di dalam gedung, di antaranya Gajah Mada, Cut Nyak Dien, dan Pattimura.
Setiap bulan Oktober, dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda, museum menyelenggarakan kegiatan pawai prajurit tradisional yang diikuti oleh berbagai daerah provinsi di Indonesia. Panggung terbuka yang dimiliki dapat digunakan untuk pentas musik atau kegiatan lain baik siang maupun malam hari.
Jam buka : Selasa – Minggu, Jam 09.00 – 16.00.
Tarif masuk : Rp 2.500.


MUSEUM LISTRIK DAN ENERGI BARU 
Museum Listrik dan Energi Baru (Museum LEB) adalah salah satu museum sains yang menyajikan koleksi peragaan tentang energi dan listrik yang berada di Taman Mini Indonesia Indah. Rancang-bangunnya mengacu pada konsep arsitektur berbentuk tapak “Struktur Atom”, yaitu satu proton dikelilingi tiga elektron, diaplikasikan dalam bentuk Anjungan Listrik yang dikelilingi tiga bangunan lain, yakni Anjungan Energi Baru, Anjungan Energi Fosil, dan Anjungan Energi Konvesional.
Sebagai wahana pendidikan dan rekreasi, Museum LEB mengemban fungsi menyampaikan informasi teknologi kelistrikan dan energi, baik dari sejarah perkembangan teknologi, aplikasi energi di Indonesia dari masa ke masa, maupun semangat inovasinya kepada generasi mendatang. Tata pamerannya memungkinkan pengunjung diajak mengenal segala aspek listrik dengan alur yang jelas dan runtut, penyajian yang interaktif karena didukung teknologi komputer (audiovisual).
Terdapat 619 unit koleksi peraga yang dipamerkan di dalam dan di luar gedung. Pameran di dalam gedung meliputi pengenalan energi, teori, sejarah, hingga pemanfaatan listrik dan energi. Berbagai alat peragaan yang menarik dapat dicoba secara interaktif, misalnya kompor surya, sepeda, dan harpa ajaib.
Di dalam “Ruang Cerdas Energi”, pengunjung diajak berinteraksi dengan memainkan benda-benda peraga agar lebih memahami gejala yang berasal dari energi dan listrik. Pameran dan peragaan antara lain meliputi Diorama Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi, Simulasi Konsumsi Listrik di Rumah Tangga (di sini pengunjung diajak membaca data berapa watt listrik yang digunakan sehari-hari), Konversi Energi Listrik Menjadi Panas (memperlihatkan bagaimana listrik dapat memanaskan air), Plasma Ball (alat yang dapat menunjukkan bahwa tubuh manusia mengandung energi listrik), Permainan Magnet, Permainan Adu Cepat, Harpa Ajaib (pengunjung dapat memainkan harpa tanpa senar karena senar dawai diganti dengan sinar infra merah), serta Komputer Interaktif Kuis dan Game tentang energi yang menguji ketangkasan dan daya ingat. Peragaan di luar gedung meliputi Kompor Tenaga Surya Serba Guna yang digunakan untuk memasak sekaligus sebagai antene parabola yang dapat menerima ± 150 saluran televisi, Rumah Energi Baru yang mengubah energi matahari dan angin menjadi listrik, Mobil Tenaga Surya dengan menggunakan tenaga matahari.
Selain menyajikan benda-benda koleksinya, museum juga memiliki ruangan yang berfungsi sebagai tempat seminar lengkap dengan perangkat multi media dan juga menyediakan sarana penginapan.
Jam buka: Senin – Minggu 08.00 – 16.00
Tiket: Rp 5.000/ orang.


MUSEUM MINYAK DAN GAS BUMI “GRAHA WIDYA PATRA” (GAWITRA)
Museum Minyak dan Gas Bumi “Graha Widya Patra” (Gawitra) letaknya berdekatan dengan Taman Burung dan Museum Listrik dan Energi Baru, serta Monumen KTT-Non Blok di sisi Timur Taman Mini Indonesia Indah. Pembangunan Museum Migas menandai peringatan 100 tahun industri minyak dan gas bumi Indonesia, merupakan sumbangan masyarakat perminyakan Indonesia demi melestarikan dan mewariskan nilai-nilai juang kepada generasi penerus untuk peningkatan ilmu dan teknologi.
Gedung utama berbentuk anjungan lepas pantai dengan dua bangunan pendukung berbentuk gilig menyerupai tangki minyak, disebut Anjungan Eksplorasi dan Anjungan Pengolahan. Ruang pamer terdapat di gedung utama dan di anjungan eksplorasi. Pameran di gedung utama mengenai sejarah industri perminyakan. Di ruang ini terdapat Teater Minyak yang memutar film pendek dan multislide mengenai asal-mula serta hasil pengolahan minyak dan gas bumi di Indonesia. Selain itu terdapat ruang untuk pameran berbagai benda dan bahan mengenai minyak dan gas bumi yang ada di sekitar kita. Anjungan eksplorasi mengetengahkan eksplorasi minyak dan gas bumi, termasuk peragaan sejarah terjadinya cekungan minyak dan gas bumi serta penerapan teknologi pada masa yang lalu, sekarang, dan yang akan datang.
Di luar gedung dipamerkan peralatan pengeboran minyak dan peragaan benda-benda eksplorasi berupa menara bor tahun 1930-an, berbagai pompa angguk, sebuah truk logging tua, pompa bensin engkol, dan sebuah kilang minyak tua. Museum juga dilengkapi fasilitas perpustakaan, Plaza penerima, dan ruang auditorium yang berfungsi sebagai tempat seminar lengkap dengan perangkat multi media yang dapat disewa oleh masyarakat umum untuk berbagai keperluan.
Jam Buka: Hari Selasa s/d Minggu jam 8.30 – 16.00
Tiket Masuk: Peragaan Dalam: Rp. 2.500 / pengunjung.


MUSEUM OLAHRAGA NASIONAL 
Museum Olahraga adalah museum yang berisi tentang segala macam olahraga yang berada di kawasan Taman Mini Indonesia Indah. Bentuk bangunan Museum Olahraga sungguh unik, yakni berbentuk bola menghadap ke arah Teater Keong Emas. Berdiri di atas tanah 1,5 hektare dengan luas bangunan 3.000 m2, museum ini bertujuan memberikan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya olah raga bagi kesehatan badan.
Lobby lantai dasar menampilkan motto yang mencerminkan nilai hakiki olahraga, antara lain sportivitas dan perjuangan. Pameran meliputi sejarah olahraga antarbangsa, menampilkan perjuangan bangsa Indonesia dalam mengikuti kegiatan olahraga di dunia internasional, seperti Olimpiade Helsinki dan Asian Games; tokoh olahraga, menampilkan para pejuang olahraga yang telah mengharumkan nama bangsa di bidang keolahragaan dan para tokoh yang berkecimpung dalam bidang olahraga; sejarah olahraga nasional, menampilkan sejarah berdirinya stadion pertama Indonesia dan pelaksanaan PON I tahun 1948 di Solo; serta keberhasilan tim Everest, menampilkan perjuangan Tim Kopassus dalam menaklukkan Gunung Himalaya dan Tim Dewaruci yang menampilkan maket kapal Dewaruci.
Lantai dua terdiri atas ruang pamer olahraga berprestasi, menampilkan pelbagai alat olahraga dan penghargaan berupa medali dan piala para atlet yang telah mengharumkan nama bangsa Indonesia; permainan tradisional, menampilkan sejumlah alat permainan tradisional dari berbagai provinsi; serta Pekan Olah Raga Nasional (PON), menampilkan berbagai hal mengenai PON-I sampai dengan PON-9, dan alat perwasitan.
Lantai tiga terdiri atas ruang pamer diorama yang menampilkan permainan tradisional dari berbagai provinsi dalam bentuk lukisan dan patung dengan ukuran sebenarnya, antara lain lompat batu dari Pulau Nias, pasola dari Nusa Tenggara Timur, karapan sapi dari Madura, dan dayung berdiri dari Papua. Selain itu, museum juga memaparkan sejarah singkat olahraga nasional, antara lain anggar, atletik, bulutangkis, panahan, pencak silat, sepakbola, tenis lapangan, dan bola voli.
Fasilitas pendukung berupa ruang teater, ruang semintar, ruang pameran, ruang perpustakaan, toilet, musholla, ruang control security, kantin, lapangan tennis, lapangan senam ria masal, ruang aerobic, ruang bilyar, dan ruang kantor lengkap Setiap Minggu pagi pengunjung dapat mengikuti senam ‘aerobic bersama’ dalam program Minggu Ria di halaman museum.
Buka Selasa - Minggu pukul 08.00 - 16.00
Harga tiket masuk Rp. 2.000/orang.

Senin, 29 September 2014

BERNOSTALGIA DI MUSEUM (11)


MUSEUM PENCAK SILAT
Museum Pencak Silat, atau biasa juga disebut Padepokan Nasional Pencak Silat Indonesia, atau Padepokan Pencak Silat Indonesia (PnPSI) adalah padepokan berskala nasional dan internasional yang berdiri di atas lahan yang luasnya sekitar 5,2 hektar, berlokasi di kompleks Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di bagian luarnya, lebih tepatnya di depan Jalan Raya Taman Mini I Jakarta 13560 (Jakarta Timur), bersebelahan dengan Masjid At Tien. Padepokan yang luas total bangunannya sekitar 8.700 m2, dan luas total selasar-selasarnya sekitar 5.000 m2 ini secara resmi dibuka oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 April 1997.
Gedung ini memiliki tiga lantai yang meliputi ruang perpustakaan yang menyediakan buku-buku yang menarik serta museum di lantai 2 dan 3. Keduanya saling mendukung dengan berbagi informasi sesuai tema yang diusung museum tersebut, yakni pencak silat dan segala seluk beluk yang dikaitkan dengan kehidupan dan ragam budaya masyarakat Indonesia. Museum ini memberikan informasi perihal riwayat pencak silat, dimulai dari masa ketika manusia belum mengenal peradaban, zaman kerajaan, masa penjajahan Belanda, sampai perkembangannya di pasca-kemerdekaan. Melalui gambar-gambar dan keterangan yang menyertainya, kita bisa mengetahui lebih jauh tentang aliran atau gaya pencak silat dan pengembangannya.
Di ruang pamer sebelahnya dipajang benda-benda yang biasa dipakai dalam pencak silat, berupa senjata seperti tombak, keris, pisau, parang, badik, golok dan rencong. Senjata-senjata itu mewakili daerah-daerah di nusantara.
Dalam kompleks Padepokan Pencak Silat Indonesia terdapat 9 bangunan, yang masing-masing mempunyai nama sendiri, yakni: Pendopo Agung, Pondok Persilat, Pondok IPSI, Pondok Pustaka, Pondok Gedeh, Pondok Serbaguna, Pondok Penginapan, Pondok Meditasi dan Musholla.
Museum buka, dari hari Senin sampai Jum’at, pukul 09.00 – 15.00. Tarif masuk: Gratis alias tidak berbayar.

MUSEUM PURNA BHAKTI PERTIWI (MPBP)

Museum Purna Bhakti Pertiwi didirikan atas prakarsa Ibu Tien Soeharto, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan penghargaan yang tinggi atas dukungan masyarakat Indonesia dan manca negara kepada Bapak  Soeharto. Museum Purna Bhakti Pertiwi ini diresmikan pada tanggal 23 Agusutus 1993 oleh Presiden Republik Indonesia yang ke-2  H.M. Soeharto, bertepatan dengan hari ulang tahun ke-70 Ibu Tien Soeharto. Luas bangunan museum 25.095 di atas tanah seluas 19,73 hektar. Museum Purna Bhakti Pertiwi menyimpan beraneka ragam koleksi yang sebagian besarnya adalah milik keluarga Pak Harto yang dirawat dan disimpan Ibu Tien Soeharto dan kemudian dikumpulkan dalam museum ini untuk dapat dinikmati oleh khalayak ramai. Memasuki bangunan yang arsitekturnya mirip nasi tumpeng atau gunungan (sebagai kelengkapan inti upacara tradisional) itu melambangkan rasa syukur, keselamatan dan keabadian, pengunjung disambut dua patung Panyembrama, patung selamat datang. Patung karya seniman Dewa Made Windia, terbuat dari lempengan uang kepeng dengan tinggi 240 sentimeter. Panyembrama adalah tarian Bali yang biasa diperagakan untuk penyambutan tamu-tamu terhormat.
Bangunan museum dikelompokkan dalam bangunan utama dan bangunan penunjang. Bangunan utama berfungsi sebagai ruang pamer benda-benda koleksi seluas 18.605 meter persegi terdiri enam lantai dengan tinggi 45 meter sampai puncak ornamen lidah api berwarna keemasan di atas kerucut terbesar, dikelilingi sembilan kerucut kecil.
Ruang Utama diapit empat tumpengan warna kuning. Ruang terdepan adalah Ruang Perjuangan, dikitari Ruang Khusus, Ruang Asthabrata, dan Ruang Perpustakaan. Ruang Perjuangan berbentuk kerucut berukuran sedang seluas 1.215 meter persegi terletak di bagian barat kelompok Ruangan Utama. Ruang Khusus seluas 567 meter persegi terletak di bagian utara. Ruang Asthabrata seluas 1.215 terletak di bagian timur. Dan, Ruang Perpustakaan seluas 567 meter persegi di bagian selatan.
Di Ruang Utama inilah tersimpan sebagian besar koleksi museum yang terdiri dari berbagai ragam cinderamata persembahan Tamu Negara RI, kenalan atau sahabat Presiden Soeharto dalam bentuk gerabah, keramik, porselin, wastra, gelas, kristal, logam dan batu.
Di Ruang perjuangan yang terdiri dari dua lantai. Lantai pertama terdapat ukiran dinding yang menceritakan riwayat kehidupan Bapak Soeharto dari lahir sampai beliau menjabat presiden. Lantai ke dua berisi koleksi foto-foto dokumenter, replika, satu bendera pusaka, pakaian militer, rompi anti peluru, dan lain-lain.
Di  tengah ruang terdapat ukiran-ukiran Rama dari pohon sawo kecik yang berasal dari Alas Purwo Banyuwangi, Jawa Timur. Ukiran tersebut menceritakan kisah perjuangan Sri Rama dalam menumpas angkara murka. Makna dari kisah tersebut adalah kebaikan akan selalu mengalahkan kejahatan. Di Ruang khusus yang terdiri dari dua lantai, menyimpan tanda kehormatan yang dianugerahkan kepada Bapak Soeharto, baik dari pemerintah Republik Indonesia maupun luar negeri, misalnya Bintang RI Adipura I yang diberikan pemerintah RI (1968), Bintang Mahaputra Adipurna (1968), dan Bintang Gerilya (1965). Selain itu, Bapak Soeharto juga menerima penghargaan dari badan dunia “ The aviceno “ dari UNESCO, “ The Healt For All “ dari WHO, “ Global  Statesman  Award “ dari United Nation Population, “ Rice Importer  to Self Suffi ciency “ dari FAO UNDP. Selain itu, juga menerima penghargaan dari PBB “Helen Keller International“.
Di Ruang  asthabrata yang terdiri dari dua lantai, lantai pertama terdapat 8 besar kepemimpinan yang  dikenal “ Asthabrata “. Delapan asas kepemimpinan yang digambarkan melalui peraga wayang dengan lakon Wahyu Sri Makutha, Rama adalah delapan asas yang bersumber pada delapan sifat dan watak unsur dalam, yaitu bumi, angin, samudera, bulan, matahari, langit, api, dan bintang.
Pada lantai dua merupakan ruang pameran foto-foto Bapak Soeharto beserta keluarga dalam berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari, baik sebagai pemimpin negara, kepala keluarga maupun sebagai warga masyarakat.
Museum Purna Bhakti Pertiwi yang juga berfungsi sebagai wahana pendidikan mempunyai perpustakaan yang menyimpan 40.000 buah buku, majalah, dan album dalam berbagai ilmu pengetahuan. Lantai pertama berfungsi sebagai ruang baca dan tempat majalah, sedangkan ruang ke dua berfungsi sebagai tempat menyimpan buku. Museum Purna Bhakti Pertiwi beralamat di Jalan Raya Taman Mini Pintu 1. Kelurahan Ceger, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, 13560
Karcis masuk Rp 2.000 untuk dewasa, dan Rp 1.000 untuk anak-anak
Buka Senin – Sabtu dari pukul 09.00 – 16.00, Minggu dari pukul 09.00 – 18.00.
Pengunjung diantar pulang-pergi oleh kendaraan “jeepney” tanpa dipungut biaya.



Museum–Museum Yang Berada di Area TAMAN MINI INDONESIA INDAH, Jakarta Timur

Taman Mini “Indonesia Indah” (TMII) merupakan kawasan wisata edukasi sekaligus rekreasi yang dibangun atas prakarsa Ibu Tien Soeharto. Sebagai wahana edukasi, terdapat belasan museum yang dibangun di dalam kawasan ini. Berikut di bawah ini ialah museum-museum yang berada di kawasan TMII. Lokasi : Kel. Setu, Kec. Cipayung, Jakarta Timur. Jam buka : Setiap hari, Jam 07.00 – 19.00. Tarif masuk : Rp 9.000.

MUSEUM ASMAT
Kekhasan Seni ukir Asmat yang mengagumkan tidak hanya di dalam negeri bahkan mancanegara, hal inilah yang menjadikan Ibu Tien Soeharto memberikan apresiasi dengan membangun Museum Asmat pada tanggal 20 Februari 1986 di area Taman Mini Indonesia Indah dan diresmikan pada tanggal 20 April 1986.
Menempati lahan Taman Bunga Keong Mas Museum Suku Asmat dibangun dengan luas 6.500 meter persegi. Bentuk bangunan museum merupakan model rumah Kariwari yakni rumah pemujaan suku Tobati Engross penduduk asli ditepi Danau Sentani, Papua. Bangunan Museum Asmat terdiri dari tiga bangunan utama dan 2 bangunan penghubung yang masing-masing berbentuk segi delapan. Atap berbentuk kerucut tiga setinggi 25 meter dengan bahan GRC yang permukaannya diberi daun rumbia. Pada bagian lain bangunan ini diberi ragam hiasan khas Asmat yang dominan warna merah, putih dan hitam.
Benda-benda koleksi museum berupa benda budaya yang mengandung nilai keperkasaan dan mencerminkan pandangan hidup orang Asmat yang senantiasa terkait dengan nenek moyang. Hal ini diwujudkan dengan ukiran di berbagai benda yang dipakai kesehariannya.
Selain pameran tetap, museum tersebut juga menyelenggarakan kegiatan secara berkala dengan tema-tema khusus seperti gelar lomba kreasi tari gerak Asmat dan lomba mewarnai gambar ragam hias suku Asmat
Untuk sampai di Museum Asmat, kita bisa menggunakan bus Transjakarta koridor 10 jurusan Tanjung Priok-Cililitan dan turun di Pusat Grosir Cililitan. Kemudian dilanjutkan dengan angkutan kota T02 berhenti di depan pintu masuk TMII. Jika naik Transjakarta koridor 9 jurusan Pinangranti-Pluit, maka bisa turun di dekat Tamini Square.
Jam buka museum : Setiap hari, Jam 08.00 - 16.00.
Tarif masuk : Rp 5.000 (satu paket dengan Taman Bunga Keong Emas).

MUSEUM FAUNA INDONESIA “KOMODO” DAN TAMAN REPTILIA
Museum Fauna Indonesia “Komodo” dan Taman Reptilia menampilkan pesona satwa langka dalam bentuk yang sudah diawetkan dan reptilia hidup. Arsitektur bangunannya berbentuk komodo, satwa yang hanya hidup di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, berdiri di atas lahan seluas 10.120 m² dengan luas bangunan 1.500 m² di dalam kompleks Taman Mini Indonesia Indah.
Tema pameran adalah keanekaragaman satwa di Indonesia, dari barat sampai timur, dan dari pantai sampai pegunungan, ditata dalam dua lantai.
Koleksi lantai I berupa berjenis-jenis binatang mamalia dan reptilia lengkap dengan kondisi lingkungan alamnya. Jenis-jenis yang hampir mengalami kepunahan ditampilkan, antara lain harimau, gajah dan beruang. Di dalam vitrin-vitrin disajikan berbagai macam kupu-kupu yang terdapat di seluruh Indonesia; berjenis keong, kerang, kepiting, dan udang; serta binatang beruas, meliputi kaki seribu, laba-laba, dan kala jengking.
Koleksi lantai II berupa berjenis-jenis burung yang diopset dan ditata sesuai dengan habitatnya, meliputi yang hidup di laut, pantai, rawa, persawahan, lapangan, perkebunan, dasar rimba, hutan, dan pegunungan dengan daerah asal Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Taman Reptilia yang menghadirkan koleksi reptilia hidup dibangun di sekitar gedung museum pada tanggal 20 April 2001. Disini pengunjung dapat mengenali satu persatu satwa unik tersebut mulai dari komodo, biawak, kadal, ular berkaki, ular sanca, king kobra, penyu, kura-kura leher ular, kura-kura buaya, kodok, buaya, iguana dan binatang reptil lainnya. Anak-anak yang memiliki rasa keingintahuan lebih dan selalu ingin memegang dapat bebas memegang dan bercengkerama dengan ular sanca di Taman Sentuh.
Buka Senin - Minggu pukul 09.00 - 16.00 wib
Harga tiket masuk Rp. 10.000/orang.

MUSEUM INDONESIA
Dengan bangunan berasitektur khas Bali, museum ini menyajikan ragam budaya donesia dari Sabang sampai Merauke, berupa benda-benda seni, kerajinan, pakaian tradisional dan kontemporer dari berbagai suku bangsa, alat musik, upacara adat, dan lain-lain.
Pintu gerbang utama yang terdapat di sebelah selatan berupa sebuah candi kurung yang biasa disebut Padu Raksa atau Kari Agung, sedangkan di sebelah barat terdapat gerbang kedua yang disebut Candi Bentar (gerbang terbelah) khas Bali, demikian pula beberapa menara sudut menghiasi kompleks museum. Taman dan bangunan museum mengambil tema kisah Ramayana, misalnya jembatan menuju bangunan utama berbentuk ular Naga dan Wanara, pasukan kera yang membangun jembatan menuju Alengka.
Bangunan utama terdiri atas tiga lantai yang berdasarkan pada falsafah Bali Tri Hita Karana, konsep moral yang menekankan pada tiga aspek yang dapat membawa manusia kepada kebahagiaan sejati yakni; memelihara hubungan yang harmonis dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan alam dan lingkungan sekitar.
Lantai I, bertema "Bhineka Tunggal Ika" menampilkan pakaian adat/tradisional dan pakaian pengantin lengkap dari 27 provinsi, sesuai jumlah provinsi pada saat itu. Ruang pamer ini juga menampilkan berbagai kesenian khas Indonesia, seperti beraneka ragam wayang, dan gamelan, serta lukisan kaca bergambar peta Indonesia.
Lantai II, bertema manusia dan lingkungan, menampilkan miniatur rumah-rumah adat, bangunan peribadatan, lumbung padi, dan tata letak bangunan dan ruang tinggal masyarakat Indonesia. Disini dipamerkan pula peralatan mata pencaharian yang dipamerkan meliputi alat perikanan, alat berburu dan meramu, alat pertanian, serta upacara-upacara daur hidup (life circle rites) yang ditampilkan dalam bentuk diorama.
Lantai III, bertema seni dan kriya, menampilkan koleksi-koleksi tekstil meliputi songket, tenun dan batik; berbagai benda kerajinan dari bahan logam perak, kuningan dan tembaga; seni ukir dari bahan kayu gaya Jepara, Bali, Toraja, dan Asmat. Penempatan pohon hayat yang mengandung unsur udara, air, angin, tanah, dan api sekaligus menutup rangkaian cerita atas seluruh tema pameran secara keseluruhan.
Jam buka : Selasa – Minggu, Jam 09.00 – 17.00.
Tarif masuk : Rp 5.000.

Rabu, 24 September 2014

Menara Tambat Banyu Urip






Selepas dari pintu tol Cilegon Timur, berbelok ke kanan, dan kami dihadang dengan jalanan yang menyempit dan berdebu. Tanah kering di siang itu berhamburan tersapu ke sana sini oleh kendaraan-kendaraan berat yang melintas dari dua arah. Tronton dan trailer berjalan pelan-pelan menapaki jalanan yang sudah tidak terlihat lagi aspalnya, yang ada hanyalah tanah merah bercampur debu putih dari galian bukit-bukit di kiri jalan yang tidak lama lagi akan rata dengan tanah, entah mau diambil tanahnya untuk menguruk lembah-lembah entah ada yang dicari dari dalam tanah itu, aku tidak tahu, yang aku tahu adalah semakin sedikit jumlah bukit di daerah Bojonegara Cilegon itu.
Mendekati lokasi yang dituju, kanan kiri jalan sudah mulai dipenuhi oleh umbul-umbul yang berisi pengumuman acara: Peresmian Menara Tambat Proyek Lapangan Minyak Banyu Urip, 19 September 2014. Sumuranja, Pulo Ampel, Merak-Serang.
Tiba di pintu gerbang pertama waktu sudah menunjukkan jam 2 siang. Seperti pada umumnya ditempat-tempat perakitan alat-alat berat, sebelum kami masuk, dicegat dulu oleh satpam dan diharuskan mengenakan helm proyek berwarna putih, baju lengan panjang berwarna putih juga, lalu kacamata khusus, dan sepatu bot yang dibagian jari kakinya dikasih besi. Pada awalnya, aku khususnya merasa agak risih dan tidak nyaman memakai pakaian seperti itu, apalagi dengan sepatu botnya yang agak berat bikin pegel sendi kaki dan tumit. Namun, setelah kami menginjakkan kaki di lapangan perakitan milik PT Bakrie Construction itu, baru aku sadari, rupanya pakaian itu memang sudah dirancang khusus untuk safety/keamanan diri. Terima kasih pengelola….
Ada dua tenda besar sudah berdiri kokoh di tengah lapangan sedikit minggir ke arah pantai. Di sekelilingnya terdapat bangunan-bangunan konstruksi baja, yang masih dalam tahap perakitan dan yang sudah jadi. Kok seperti lego ya…. Itu mainan anak-anak yang bisa disusun untuk membuat suatu bangunan.
Menjelang sore baru kami bisa menyusun instalasi sound di tenda yang agak kecil yang nantinya untuk tempat makan para tamu undangan, itupun kami masih harus berbaur dengan kesibukan bagian lain yang sedang menyelesaikan tenda bagian dalam, bagian kursi-meja, panggung musik, kontraktor ac dan… rame-rame lah semua dengan kesibukan masing-masing.
Dan menjelang malam kami baru bisa menggarap instalasi sound di tenda utama yang nantinya akan dipakai untuk upacara peresmian, karena bagian dalam tenda memang baru selesai.
Besoknya, hari Jum’at, acara dimulai dengan makan siang para tamu di tenda kecil itu lalu sebagian tamu yang mau melaksanakan shalat Jum’at dilayani oleh 2 buah bis kecil yang dengan senang hati mau mengantar dan menjemput para undangan. Karena letak masjid jaminya terletak di dekat pintu pertama areal ini yang kalau disengajain dengan jalan kaki lumayan berkeringat juga, ditambah memang panas terik matahari menyengat juga rasanya.
Acara puncak dimulai setelah para tamu menyelesaikan makan siang yang diselingi waktu shalat Jum’at tadi,. Semua para undangan berkumpul di tenda besar. Kami para kontraktor menyebar di beberapa tempat untuk mengantisipasi semua kemungkinan yang terjadi.
Deputi Pengendalian Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), pak Muliawan, meresmikan fasilitas mooring tower atau menara tambat untuk ditempatkan di lapangan minyak dan gas (migas) Banyu Urip, Blok Cepu.
Menara tambat ini, jelas pak Muliaman, adalah serangkaian konstruksi baja dalam proyek konstruksi EPC (Engine Procurement Construction)-3 Proyek Banyu Urip yang merupakan bagian dari infrastruktur pengiriman minyak lepas pantai. Menara tambat ini merupakan fasilitas yang menghubungkan fasilitas air muat terapung (floating storaget offloading/ FSO) Gagak Rimang dengan menara tambat di lepas pantai Palang, Tuban.
Menara ini akan dikirim ke Tuban pada akhir September 2014. Menara tambat ini dibuat oleh PT Rekayasa Industri dan Likpin, LLC. Adapun, struktur menara tambat dibuat di sarana perakitan milik PT Bakrie Construction di Sumuranja, PuloAmpel, Serang, Banten.
Acara peresmian ini juga dihadiri oleh Project Executive Mobil Cepu Ltd., Daniel Wieczyinski, Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu, Amril T. Mandailing, dan Ketua Badan Kerjasama PI Blok Cepu, Hadi Ismoyo. Alhamdulillah acara berlangsung sukses, hanya insiden-insiden kecil yang terjadi, seperti turunnya voltase sampai 150 V menjelang acara peresmian dimulai yang hampir-hampir membuat kami darting (darah tinggi alias kesel dan bingung).
Selamat dan Sukses untuk proyek EPC-3 Banyu Urip Blok Cepu.

Rabu, 07 Mei 2014

BERNOSTALGIA DI MUSEUM (10)


Jakarta Timur, memiliki 2 kompleks museum yang terkenal yakni: Monumen Pahlawan Revolusi dan Taman Mini Indonesia Indah.

MONUMEN PAHLAWAN REVOLUSI

Monumen Pahlawan Revolusi, berlokasi di Jl. Raya Pondok Gede, Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Di sebelah utara dari markas besar Tentara Nasional Indonesia, Cilangkap, sebelah selatan dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, sedangkan sebelah barat dari Pasar Pondok Gede, dan sebelah timur dari Taman Mini Indonesia Indah.

Monumen Pancasila Sakti, terletak di Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Di sebelah utara dari markas besar Tentara Nasional Indonesia, Cilangkap, sebelah selatan dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, sebelah barat dari Pasar Pondok Gede, dan sebelah timur dari Taman Mini Indonesia Indah.
Monumen ini dibangun atas gagasan Presiden ke-2 Indonesia, Soeharto. Dibangun di atas tanah seluas 14,6 hektare. Monumen ini dibangun dengan tujuan mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi negara Republik Indonesia, Pancasila dari ancaman ideologi komunis.

Tujuh pahlawan revolusi tersebut adalah:
  • Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani
  • Mayjen TNI R. Suprapto
  • Mayjen TNI M.T. Haryono
  • Mayjen TNI Siswondo Parman
  • Brigjen TNI DI Panjaitan
  • Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo
  • Kapten CZI Pierre Andreas Tendean
Di dalam kompleks monumen ini berdiri beberapa tempat yang bersejarah yakni: Museum Pengkhianatan PKI (Komunis), Sumur Maut, Rumah Penyiksaan, Pos Komando, Dapur Umum dan Museum Paseban.

Museum Pengkhianatan PKI (Komunis)


Museum yang mengkoleksi foto-foto dan diorama yang menceritakan pemberontakan-pemberontakan PKI yang bertujuan menggantikan dasar negara Pancasila dengan komunis yang bertentangan dengan Pancasila, pemberontakan G 30 S/PKI lengkap dengan pengangkatan Jenazah 7 Pahlawan revolusi.

Sumur Maut

Sumur Tua yang berdiameter 75 cm dan dalamnya 12 m, adalah tempat dikuburkannya 7 Pahlawan Revolusi. Karena letak sumur tua ini di daerah Lubang Buaya, dekat lapangan terbang Halim Perdanakusumah, maka sumur tua inipun dikenal dengan Lubang Buaya.

Rumah Penyiksaan


Rumah Penyiksaan adalah tempat para Pahlawan Revolusi disiksa untuk menandatangani surat pernyataan untuk mendukung komunisme Indonesia, mereka disiksa sebelum akhirnya dibunuh, ditempat ini ditampilkan diorama penyiksaan 7 pahlawan Revolusi beserta kisah dimulainya Pemberontakan PKI, dahulu tempat ini merupakan sebuah sekolah rakyat (sekarang SD) dan dialih fungsikan oleh PKI sebagai tempat penyiksaan kejam Pahlawan Revolusi.

Pos Komando


Tempat ini adalah milik seorang penduduk RW 02 Lubang Buaya bernama Haji Sueb. Tempat ini dipakai oleh pimpinan G/30S/PKI yaitu Letkol Untung dalam rangka perencanaan Penculikan terhadap 7 Pahlawan Revolusi, di dalamnya masih ada barang-barang asli yang menjadi saksi bisu kekejaman PKI seperti: 3 buah Petromaks, Mesin Jahit dan Lemari Kaca.

Dapur Umum


Tempat ini sebenarnya sebuah rumah yang dialihfungsikan oleh PKI sebagai dapur umum, rumah yang statusnya milik Ibu Amroh seorang penjual pakaian keliling. ini dipakai sebagai tempat sarana konsumsi G30S/PKI.

Museum Paseban


Museum Paseban yang terletak di Kompleks Monumen Pahlawan Revolusi ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 1 Oktober 1981 bertepatan dengan Dwi Windu Hari Kesaktian Pancasila, di dalam ruangan ini terdapat beberapa diorama sebagai berikut:
  • Rapat-Rapat Persiapan Pemberontakan (September 1965)
  • Latihan sukarelawan di Lubang Buaya (5 Juli-30 September 1965)
  • Penculikan Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani (1 Oktober 1965)
  • Penganiayaan di Lubang Buaya (1 Oktober 1965)
  • Pengamanan Lanuma Halim Perdanakusuma (2 Oktober 1965)
  • Pengangkatan Jenazah Pahlawan Revolusi (4 Oktober 1965)
  • Proses lahirnya Supersemar (11 Maret 1966)
  • Pelantikan Jenderal Soeharto sebagai Presiden (12 Maret 1967)
  • Tindak Lanjut Pelarangan PKI (26 Juni 1982)
Selain itu ada pula Ruang Relik yang merupakan tempat dipamerkannya barang-barang, terutama pakaian yang mereka kenakan ketika mereka diculik, disiksa, sampai akhirnya dibunuh, berikut dengan hasil visum dari dokter. Selain itu terdapat pula Aqualung sebuah alat bantu pernapasan yang digunakan untuk mengangkat jenazah 7 Pahlawan Revolusi dari dalam sumur tua.
Ruang Teater yang memutar rekaman bersejarah pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi, Pemakaman ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, dan lain-lain, masa putar rekaman ini kurang lebih 30 menit.
Dan terdapat Ruang pameran Foto yang menyajikan foto-foto pengangkatan Jenazah Pahlawan Revolusi dan pemakamannya diTaman Makam Pahlawan Kalibata.
Untuk mencapai museum ini dengan Transjakarta, gunakan koridor 9 turun di shelter akhir Pinang Ranti. Lalu, dilanjutkan dengan menggunakan angkot ke arah Pondok Gede (ada banyak sekali pilihannya).
- Tiket masuk hanya Rp 2500.

Sabtu, 03 Mei 2014

BERNOSTALGIA DI MUSEUM (9)

MUSEUM ABRI SATRIA MANDALA dan MUSEUM WASPADA PURBAWISESA

Museum ABRI Satria Mandala


Museum Waspada Purbawisesa

Gedung besar dan megah yang terletak di jalan Jenderal Gatot Subroto no.14 Jakarta Selatan ini dulunya dikenal dengan nama Wisma Yaso, dibangun pada tahun 1960. Semula gedung ini adalah tempat kediaman Ratna Sari Dewi Soekarno, salah satu isteri Presiden Soekarno. Digedung ini pula pernah disemayamkan Bung Karno sebelum dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.
Gagasan untuk mendirikan museum ABRI dicetuskan oleh Kepala Pusat Sejarah ABRI saat itu, Drs. Nugroho Notosusanto dan bertujuan untuk mengabadikan peristiwa-peristiwa bersejarah dari perjuangan Bangsa Indonesia yang berintikan TNI sejak Proklamasi 1945 serta menyimpan dan memamerkan benda-benda peninggalan yang memiliki aspek Hankam. Pembangunannya dimulai sejak 15 November 1971, selesai tahun 1979, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 5 Oktober 1972.
Nama Satria Mandala berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya lingkungan keramat para ksatria.
Koleksi yang dimiliki museum ini berupa naskah, miniatur, diorama, foto dokumentasi, senjata dan peralatan ABRI. Di museum ini juga dipamerkan berbagai replika kapal perang serta alat-alat yang dipergunakan pada operasi TNI-AL, misalnya KRI Pattimura yang berjasa di dalam operasi Jaya Wijaya di perairan Irian Jaya, Operasi Cakra I & II, dan kapal KRI Macam Tutul. Kelompok pesawat terbang yang dipamerkan adalah dalam bentuk asli, antara lain AT-16 Harvard dari AS, B-25 J. Mitchel yang pernah dipakai dalam penumpasan pemberontakan Andi Aziz di Ujung Pandang, RMS, DI/TII, PRRI/Permesta serta Trikora dan Dwikora; P-51 Mustang yang terkenal dengan sebutan Cocor Merah karena selongsong baling-balingnya berwarna merah; RI 001 Seulawah yang setelah selesai tugas militer dihibahkan kepada Garuda Indonesia Airways; Helikopter MI-4. Museum Satria Mandala memiliki beberapa ruangan yang dipergunakan untuk menyimpan benda-benda peninggalan, yaitu Ruang Panji, Ruang Jenderal Soedirman, Ruang Jenderal Oerip Soemoharjo.
Fasilitas lain di museum ini adalah Taman Bacaan Anak, kios cenderamata, kantin, serta gedung serbaguna yang berkapasitas 600 kursi untuk berbagai kegiatan dan pertemuan.
Masih dalam kompleks Museum TNI Satriamandala, letaknya di areal bagian dalam kompleks terdapat Museum Waspada Purbawisesa. Sesuai dengan namanya, merupakan sebuah ‘situs peringatan’ kepada bangsa ini agar tidak melupakan aneka pemberontakan terhadap Negara ini. Dalam museum ini ditampilkan diorama ketika TNI bersama-sama dengan rakyat menumpas gerombolan separatis DI/TII di Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan pada era tahun 1960-an. Pemberontakan Kahar Muzakar, Daud Beureueh, peledakan Candi Borobudur, pemberontakan Yon 427, Palagan Ambarawa.

Jam Kunjungan:
Selasa-Minggu 09.00-14.30
Senin dan hari besar tutup

Tiket:
Rp 2.500
Untuk sampai di kedua Museum ini, bila anda menggunakan Bus Transjakarta, naiklah Busway Koridor 9 atau 9A.

MUSEUM KORPS MARINIR JAKARTA
 


Museum Korps Marinir merupakan museum di lingkungan Korps Marinir, Kompleks Brigade Infanteri-2 Marinir, yang mengoleksi segala material yang digunakan Korps Marinir maupun dokumentasi foto yang menggambarkan kegiatan-kegiatan Korps Marinir dalam menjalankan tugasnya mengawal Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Museum menempati Gedung Kantin Prajurit di Cilandak sejak tahun 2003, setelah sebelumnya beberapa kali mengalami perpindahan, yakni dari gedung Markas Komando AL (Marinir) jalan Prapatan no.40 Jakarta Pusat (sejak berdiri tahun 1960 sampai 1980), di Gedung Pamakenehe, Ksatiran Kwini, Jakarta Pusat (1980-1990), di Gedung Merdeka, Kompleks KKO Cilandak (1991-2003).
Museum seluas 516 meter persegi ini dikelola oleh Dinas penerangan Korps Marinir, dengan mengklasifikasi  koleksi benda-benda pajangannya dalam beberapa kategori. Kategori satu; meliputi peralatan dan perlengkapan kapal; Kategori dua: meliputi peralatan dan perlengkapan kendaraan tempur serta pasukan; Kategori tiga: meliputi senjata dan amunisi campuran; Kategori empat: meliputi perlengkapan kaporlap, tanda jasa dan tanda kehormatan; Kategori lima: meliputi lambang-lambang bendera; Kategori enam: meliputi vandel, lukisan para pahlawan dan foto para tokoh; Kategori tujuh: yang meliputi dokumen dan arsip; Kategori delapan: menyajikan koleksi-koleksi buku referensi yang tuntas memaparkan sejarah sepak terjang Korps Marinir.
Yang menarik, selain memamerkan foto-foto Komandan Korps Marinir sepanjang masa dan pakaian yang digunakan dalam menjalankan tugas-tugas operasi, museum ini juga memajang foto-foto warga kehormatan di luar korps. Diantaranya adalah Jenderal Marinir USMC C.C Krulak, Jenderal TNI Tri Sutrisno, Jenderal Besar TN A.H. Nasution, Sultan Brunai Darussalam – Sultan Hasanah Bolkiah dan Presiden R.I Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mereka, warga kehormatan itu didaulat karena telah punya kontribusi terhadap Korps Marinir.
Jam buka: 07.00 s/d 15.30 (Senin – Jum'at) ;
Tiket : Gratis

MUSEUM DI TENGAH KEBUN


Museum di Tengah Kebun adalah sebuah museum penyimpanan ± 4.000 koleksi seni dan sejarah Indonesia dan luar negeri yang berlokasi di jantung kota Jakarta, yakni di daerah Kemang Timur No 66, Jakarta Selatan, di tengah deretan rumah mewah dan kafe. Tidak seperti museum-museum lainnya yang memasang sign board yang besar dan mencolok mata, tidak adad pula bangunan megah dengan arsitektur zaman Belanda atau arsitektur kuno ala museum kebanyakan. Yang ada hanyalah  pintu gerbang kayu yang besar, yang menutupi bentuk bangunan di dalamnya dan nama museum yang tertempel di tembok kanan, dan kiri sebagai penanda.
Untuk bisa memasuki Museum di Tengah Kebun, pengunjung tidak dikenakan biaya apa pun. Tapi, sulit sekali memang untuk bisa masuk melihat-lihat koleksi museum itu. Kita harus memiliki rombongan paling sedikit 7 orang dan paling banyak 12 orang untuk bisa masuk museum. >
Waktu berkunjung pun harus ditetapkan jauh-jauh hari dan harus dirundingkan dengan pengelola museum. Dan, kita mesti on time! Bila belum tepat waktu yang disepakati, kita tidak akan dibukakan pintu oleh pengelola.
Museum ini dibangun di tengah kebun seluas 3.500 m2. Museum ini dimiliki secara pribadi oleh Sjahrial Djalil, salah satu tokoh periklanan modern Indonesia dan pendiri biro iklan Ad Force Inc. Pada tahun 2013, museum ini terpilih sebagai Museum Swasta Terbaik di Museum Awards dengan koleksi dari 63 negara dan 26 provinsi di Indonesia. Hal yang membuat museum ini berbeda dari museum lainnya adalah penataan sebanyak 2.414 koleksi yang dipamerkan kepada pengunjung diletakkan tidak beraturan di berbagai sudut ruangan, seperti lantai, tengah taman, toilet, dinding luar rumah, dan lain sebagainya.
Pada mulanya, bangunan Museum di Tengah Kebun adalah sebuah rumah tinggal yang akhirnya digunakan sebagai ruang pameran koleksi pemilik. Bangunan museum ini selesai digarap pada 1 Oktober 1980 dari berbagai sisa bangunan bersejarah. Tembok museum dibangun dengan 65.000 batu bata dari bekas gedung VOC dan 15.000 batu bata tua dari gedung metereologi yang dibangun tahun 1896. Engsel pintu berasal dari Penjara Wanita, Bukit Duri, Jakarta, yang merupakan peninggalan gedung Meester Cornelis di abad ke-18.
Koleksi Museum di Tengah Kebun dibagi ke dalam 17 ruangan yang dinamakan sesuai dengan koleksi yang paling mendominasi atau koleksi yang paling disukai di ruangan tersebut. Misalnya, Ruang Buddha yang berisi koleksi patung Buddha dari berbagai negara Ruang Dewi Sri (Dewi Padi) yang sebagian besar berisi peralatan dapur, arca, dan guci dari masa lampau, Ruang Loro Blonyo yang berisi patung Loro Blonyo, dan Ruang Wilhelm yang berisi lukisan Raja Wilhelm dari Jerman. Beberapa nama ruangan lainnya yang ada di dalam museum ini adalah Ruang Mari Jepang, Dinasti Ming, Singa Garuda, dan Prasejarah. Salah satu ruangan yang unik dari Museum di Tengah Kebun adalah Ruang Singa Garuda yang merupakan sebuah kamar mandi berukuran 9x11 meter. Di dalam kamar mandi tersebut terdapat kursi malas dari Dinasti Qing, lampu minyak Perancis dari abad ke-19, dan bangku mahagoni milik Raja George II.
Beberapa koleksi yang menonjol di dalam Museum di Tengah Kebun adalah arca Ganesha di tengah taman yang dipahat pada tahun 800-an di daerah Jawa Tengah, kenong gamelan Jawa Timur yang dibuat pada akhir 1800-an, satu set peti tempat minum yang pernah digunakan Napoleon Bonaparte, sejumlah tongkat Raja Jawa dan Eropa, arca Bodhisatwa Wajrapani, dan koleksi benda dari kuburan Toraja

Alamat Museum di Tengah Kebun:
Jalan Kemang Timur Raya No. 66, Jakarta Selatan
Kontak: +62-21-7196907.
Bila Anda berangkat dari Terminal Blok M bisa naik Kopaja S605A ke Jl. Kemang Timur Raya, dari sana disambung ojek.

Waktu berkunjung Museum
Rabu, Kamis, Sabtu dan Minggu pk 09.30 – 12.00 dan pk 12.30 – 15.00.

Rabu, 19 Februari 2014

SELALU ADA PILIHAN

Selesai istirahat makan sehabis Jum’atan (17 Januari 2014), kami berdua awak BSS meluncur ke Jakarta Convention Center (JCC) yang berada di Senayan. Tidak seperti biasanya meluncur di jalur lambat karena jarak antara lokasi dengan Markas kami di Asem Baris hanya sekitar 10 km aja, namun kami lebih memilih menggunakan jalan tol dalam kota, karena jangankan di jalur lambat, di jalan tol pun agak tersendat saking banyaknya kendaraan yang ingin cepat2 nyampe di rumah masing2 atau tujuannya masing2 melihat langit Jakarta sudah diliputi awan hitam lagi, tanda akan segera turun hujan, mungkin akan gede lagi seperti hari-hari sebelumnya. Memang bulan-bulan ini Jakarta sedang diguyur hujan terus menerus, bahkan di beberapa tempat sudah dijabanin banjir.
Dalam keadaan macet begini, ada 2 buah mobil patroli polisi yang melintas disamping kami, memaksa untuk dikasih jalan sama kendaraan lainnya dengan raungan sirinenya.  Aha…. Sopir kami pintar memanfaatkan keadaan, secepat kilat kalau boleh dibilang, dia arahkan mobil kami jadi ‘ekor’nya 2 kendaraan aparat itu. Lumayan perjalanan kami jadi lebih lancar dalam membelah kemacetan kendaraan di jalur yang harusnya terhindar dari macet itu (ya… iya lah….. wong dibibuatkan jalan tol oleh pemerintah itu kan buat mengatasi kemacetan….).
Keluar dari pintu tol masuk kembali ke jalur lambat, 2 kendaraan aparat itu memperlambat kendaraannya entah kenapa, seorang penumpangnya yang berseragam menyempatkan diri menengok ke arah mobil kami yang melintas-menyalip mereka, rupanya ada perasaan kesal juga kalau kami meng-ekor-i mereka, tapi begitu melihat stiker nimbul yang dikeluarkan pihak Istana Presiden yang nempel di kaca depan mobil kami, niatan mereka untuk kesal mungkin marah, langsung diredam….. Hebat… juga ada mu’jizatnya ini stiker (dalam hatiku bergumam). Dan begitu juga kejadiannya di parkiran JCC, meskipun mobil yang kami bawa hanyalah sebuah mobil bak, tapi begitu tukang parkir melihat stiker Istana…. Merekapun mempersilahkan kami memarkir di deretan belakang bis-bisnya Paspampres (Pasukan Pengamanan Presiden) yang sudah banyak bertengger di sana. Memang hari ini di JCC akan ada acara Presiden, tapi bukan acara resmi kepresidenan. Ini mah acara pribadinya Presiden dalam rangka launching buku buah tangannya.
Sekitar pukul 8 malam Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta ibu Ani, didampingi Bapak Wakil Presiden Budiono dan istri, Bapak Try Sutrisno, Bapak Mohammad Yusuf Kalla, sejumlah pejabat tinggi negara, anggota DPR serta sejumlah kalangan dari berbagai profesi, dan para tamu undangan sudah memasuki Assembly Hall, JCC.
Acarapun dimulai….. 
Perhatian pengunjung tersedot ke arah depan, berawal dengan penampilan penyanyi Ebiet G Ade yang membawakan lagu ciptaanya “Elegi Esok Hari”.

  
Selanjutnya tampil di panggung, penyanyi cantik Lala Karmela yang membawakan lagu Malam Sunyi di Cipaganti, buah karya SBY, dengan diiringi dentingan gitar Tohpati.


Dalam pidato tertulisnya Presiden Direktur Kelompok Kompas/Gramedia, Jacob Oetama selaku Penerbit buku ini mengatakan buku ini bukanlah pembelaan diri atau apologi SBY, justru merupakan refleksi pribadi dan keinginan SBY untuk berbagai pengetahuan dan pengalaman.
”Kita sebagai bangsa Indonesia bisa berbangga hati karena setidaknya baru ada lima kepala negara atau kepala pemerintahan yang menulis sendiri bukunya, satu di antaranya presiden ke-6 RI ini. Di Indonesia sendiri ini yang pertama kali. Yang lainnya adalah Nelson Mandela, Luiz Inacio Lula da Silva, Ariel Sharon, dan Lee Myung-bak. Empat di antaranya dalam bentuk otobiografi, sementara buku SBY bukanlah otobiografi,” lanjutnya.


Buku ini ditulis sendiri oleh Susilo Bambang Yudhoyono, dicicil selama satu tahun, disela-sela kesibukannya dalam memimpin negeri ini. Dengan iPadnya, SBY menulis buku itu di tengah tugas kenegaraan, di keheningan malam, di sejumlah kota, dalam perjalanan ke luar kota atau ke luar negeri.


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato sambutannya mengungkapkan alasan memilih judul Selalu Ada Pilihan untuk bukunya, melalui judul itu, dia ingin menyampaikan jalan pikirannya.
"Saya berpandangan bahwa hidup ini adalah pilihan. Life is chosen," kata SBY. Dia mengatakan, setiap orang memiliki pilihan masing-masing untuk menentukan masa depan dan menjadi apa pun.
"Pendekatan dan cara apa untuk mengatasi permasalahan, itu juga pilihan. Sampai siapa yang paling tepat memimpin negeri ini ke depan, itu juga soal pilihan," ujar SBY. "Dan sebenarnya, puncak dari kebebasan adalah bebas untuk memilih."
Adapun buku ini bercerita mengenai pengalaman SBY menjadi presiden selama sembilan tahun terakhir. Menurut SBY, secara umum buku ini memuat cerita mengenai keadaan Indonesia saat ini. SBY mengajak masyarakat untuk sama-sama belajar tentang banyak peristiwa dalam kehidupan untuk dijadikan pendorong perubahan ke arah yang lebih baik. Dia mengatakan, buku ini didedikasikan kepada siapa pun yang ingin membacanya.
"Apa pun profesinya, status, dan jabatannya, baik yang ada di tanah air maupun yang ada di mancanegara," kata SBY. Namun secara khusus, dia menambahkan, buku ini dia dedikasikan kepada para pecinta demokrasi dan para pemimpin Indonesia di masa mendatang agar lebih siap menghadapi tantangan, ujian dan cobaan dalam memimpin negeri ini.
Ditambahkan SBY buku ini diniatkan sebagai wahana untuk berbagi, bukan untuk menggurui, juga bukan untuk berteori.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berfoto dengan 20 orang penerima buku dalam acara peluncuran buku Selalu Ada Pilihan.

Diluar itu semua, saya tidak mau terlibat dalam perbincangan yang berbau politik, saya hanya mengungkapkan apa yang saya dengar dan rasakan. Karena saya tidak tahu pasti mana yang memang benar terjadi dan mana yang tidak, karena bagaimanapun seorang SBY adalah seorang manusia yang juga seorang politikus. Sedangkan saya adalah seorang manusia yang juga seorang rakyat lemah yang tidak tahu bahkan tidak mau tahu bagaimana keadaan politik di negeri ini dari tingkat yang paling atas sampai yang bawahnya. Yang kami harus tahu…. Bagaimana cara mencari rejeki yang halal untuk menafkahi anak dan bini di rumah. Itu saja, sederhana bukan?
Satu yang masih terngiang di kepala saya ialah slogan yang didengungkan bapak Presiden SBY pada acara itu: “Sekali Merdeka, Merdeka Sekali”. Kalau yang selama ini saya tahu slogan itu: “Sekali Merdeka, Tetap Merdeka”. Apa maksudnya Pak….?
Tapi ah…, daripada bengong dan bingung memikirkan jawabannya, mendingan saya bantuan crew kami yang mulai bongkar-bongkar alat interpreter, karena acara sudah usai.
Hujan mulai mengguyur Jakarta, saat kami muatin barang-barang ke dalam mobil bak. Hujan-hujanan euy…..

Jumat, 24 Januari 2014

BERNOSTALGIA DI MUSEUM (8)


Di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta bagian Selatan pun tersebar beberapa museum sejarah yang dapat dikunjungi oleh umum, diantaranya:

DIORAMA SEJARAH PERJALANAN BANGSA
Diorama Sejarah Perjalanan Bangsa (DSPB) di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Jl. Ampera Raya No. 7 Cilandak, Jakarta Selatan adalah pengungkapan proses perjalanan sejarah bangsa Indonesia dari masa ke masa yang ditampilkan melalui perpaduan arsip, seni, dan teknologi modern. Pengubahan bentuk arsip menjadi karya seni dengan sentuhan teknologi ini dimaksudkan untuk memperkenalkan arsip kepada masyarakat dengan cara yang mudah dipahami dan menarik.
DSPB seluas 750 m² yang dibagi dalam delapan hall ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 31 Agustus 2009. Masing-masing hall menampilkan peristiwa-peristiwa pada masa tertentu. Hall C misalnya. Ketika memasuki ruangan itu, kita serasa dibawa menuju suasana yang bernuansakan pergerakan tokoh-tokoh pemuda yang diawali tahun 1908 hingga tahun 1928. Catatan sejarah dalam bentuk grafis ditampilkan pada panel-panel display yang ditempatkan pada dinding dan kolom. Naskah asli Sumpah Pemuda adalah salah satu materi yang dipamerkan. Di hall ini terdapat juga diorama dengan teknik penempatan mengambang atau biasa disebut floating diorama yang menggambarkan peristiwa Sumpah Pemuda.
Sementara di Hall D, para pengunjung dapat merasakan suasana detik-detik menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Representasi Ibu Fatmawati sedang duduk di depan mesin jahit tua dengan tangan yang memegang kain berwarna merah dan putih, sedangkan kakinya menggerakkan roda mesin jahit. Peristiwa pembuatan Sang Saka Merah Putih oleh Ibu Fatmawati tersebut ditampilkan bersama peristiwa dramatis lainnya yang terjadi di sekitar tanggal 17 Agustus 1945. Patung Bung Karno dan Bung Hatta yang sedang membacakan naskah Proklamasi juga menghiasi ruang pamer di Hall D tersebut.
Alat bantu/peraga pun tersedia dalam banyak kisah. Semisal, kisah salah satu pahlawan nasional, pencipta lagu Indonesia Raya, WR Soepratman. Di samping sejarah penciptaan lagu tersebut, di dinding telah di sediakan tombol tertutup keping CD dimana kita dapat mendengarkan lagu Indonesia Raya yang asli dengan 3 stanza, dan membandingkannya dengan lagu yang telah disederhanakan menjadi 2 stanza seperti yang berlaku saat ini.
Berbagai lagu nasional dapat diperdengarkan di sana. Hanya dengan menyentuh sebuah layar komputer yang disediakan, pengunjung dapat mendengarkan berbagai lagu nasional dan lagu daerah.
Kemudian patung 5 mantan presiden RI dari mulai Bung Karno, Pak Harto, Gus Dur, Megawati Soekarno Putri hingga BJ Habibie dilengkapi dengan headphone dimana pengunjung dapat mendengarkan rekaman suara (pidato) masing-masing presiden menjadi satu dari sekian daya tarik berikutnya.
Diorama Sejarah Perjalanan Bangsa buka untuk umum setiap hari: Senin hingga Jumat. Buka pukul 09.00 – 15.00 WIB, Sabtu dan Minggu dibuka pukul 09.00 – 13.00 WIB, harga tiketnya: Gratis bo..

MUSEUM AL-QUR’AN PTIQ
Museum PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an) adalah sebuah bangunan sebagai fasilitas tambahan dari pada instansi pendidikan Institut PTIQ yang berada di Jakarta Selatan. Berdiri sejak 1969, berlokasi di daerah Kebayoran Baru, setelah Institut resmi berdiri pada 1 April 1971 maka museum pun dipindahkan ke Institut ini.
Walaupun luasnya hanya sebesar ruang kuliah pada umumnya, namun banyak koleksi yang memiliki nilai histories yang luar biasa disana. Koleksinya berupa mushaf dari abad ke-15 yang masih ditulis tangan hingga masa kini yang sudah dicetak mesin, termasuk cetakan dengan huruf Braille. Bukan hanya di Nusantara, museum ini juga mengoleksi mushaf dari berbagai Negara, terutama di kawasan Timur Tengah, semisal duplikat mushaf yang merupakan lembaran-lembaran yang berasal dari zaman Usman bin Affan.
Lokasi: Jl. Batan I no.2 (Jl. Lebak Bulus Raya), Lebak Bulus, Cilandak Jakarta Selatan 12440.
Buka tiap hari: Senin-Jum’at (08.00-14.00 WIB).
Tiketnya: Gratis.

MUSEUM BASOEKI ABDULLAH
Koleksi Museum Basoeki Abdullah terdiri dari koleksi lukisan dan koleksi pribadi pelukis Basoeki Abdullah berupa patung, topeng, wayang, senjata dan sebagainya. Jumlah koleksi museum yang dihibahkan berdasarkan data yang ada sebanyak 123 buah, sedangkan koleksi pribadi (barang dan benda seni) milik Basoeki Abdullah sebanyak 720 buah, dan buku-buku/majalah + 3000 buah.
Museum Basoeki Abdullah melayani masyarakat dengan menggelar pameran, seminar, penelitian dan workshop, serta menerbitkan bermacam bentuk publikasi berupa katalog, biografi, kumpulan artikel, dan hasil penelitian dan dari serangkaian kegiatan yang lain.
Museum ini awalnya adalah rumah tinggal sang maestro pelukis ternama Indonesia Basoeki Abdullah yang pada tahun 1998 diserahkan kepada pemerintah RI melalui Dirjen Kebudayaan cq. Direktorat Permuseuman. Lalu bangunan rumah dua tingkat seluas + 600 m2 ini direnovasi untuk difungsikan sebagai museum, dan pada tanggal 25 September 2001 Museum Basoeki Abdullah diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Drs. I Gede Ardika.
Museum Basoeki Abdullah sendiri memiliki sebanyak 123 koleksi lukisan yang terdiri dari 112 lukisan asli dan 11 lainnya merupakan hasil reproduksi.  720 buah benda seni yang terdiri dari topeng, wayang, senjata serta jas khas pelukis yang kerap digunakan oleh Basoeki Abdullah semasa hidupnya. Bagi yang gemar membaca, kita juga bisa melihat buku apa saja yang pernah menjadi jendela ilmu Basoeki. Ada ruang perpustakaan, dengan koleksi 3.000 lebih buku miliknya.
Lokasi: Jl. Keuangan Raya no.19, Cilandak Barat, Jakarta Selatan.
Waktu kunjungan: Selasa - Kamis (08.00 - 15.00), Jum’at (08.00 - 11.00), Sabtu - Minggu (08.00 - 11.30); Senin dan hari lilbur nasional tutup.
Tiket: Rp.2.000,- (kecuali jika sedang ada kegiatan workshop atau seminar seni, pengunjung akan dikenakan bayaran oleh panitia penyelenggara).

MUSEUM HARRY DARSONO
Bangunan bergaya Eropah yang terletak di Jl. Cilandak Tengah No.71, Jakarta Selatan, tepatnya di belakang Cilandak Town Square (Citos) ini merupakan satu-satunya museum fashion di Indonesia yang cukup langka keberadaannya. Disini kita dapat menyaksikan karya-karya perancang busana Harry Darsono, salah satu perancang busana papan atas di Indonesia dalam pelbagai media mulai dari kain, sepatu, keramik hingga sulaman kontemporer.
Baru masuk pun ke dalam museum, kita akan disuguhi kumpulan karya pribadinya Harry Darsono sejak tahun 1970-an. Mulai dari karya adi busana, koleksi art to wear, kostum panggung yang sudah go internasional, seperti pada pementasan pergelaran karya-karya Shakespeare, seperti Hamlet & Othello yang pernah ditampilkan di Woodbridge, Suffolk, Inggris (1980), serta Julius Caesar di Jakarta (1997). Terdapat pula gaun-gaun adibusana, seperti baju dan gaun pengantin dengan sulaman emas murni yang pernah dipesan oleh wanita-wanita bangsawan dunia, seperti rancangan khusus untuk Lady Diana yang dibuatnya pada 1980 dan rancangan untuk Ratu Rania, Ratu Yordania.
Setiap beberapa bulan sekali koleksi rancangan di Museum Harry Darsono sengaja di rotasi untuk selalu menciptakan koleksi yang segar dan beragam. Bagi anda yang ingin mengunjungi Museum Harry Darsono, diharuskan untuk reservasi terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk membatasi jumlah pengunjung agar pengunjung bisa menikmati koleksi rancangan Harry Darsono dengan leluasa.
Museum buka: Senin - Sabtu (10.00-12.00)

MUSEUM LAYANG-LAYANG
Museum Layang-layang didirikan pada tahun 2003, oleh penggemar layang-layang dan barang antik yang juga seorang pakar kecantikan, Ibu Endang Ernawati.
Museum terbagi menjadi 4 bangunan. Bangunan pertama adalah loket dan tempat menonton video. Bangunan kedua adalah tempat untuk membuat keramik / melukis keramik dan meluksi batik. Bangunan ketiga adalah tempat membuat layang-layang, melukis wayang sekaligus ruang pamer koleksi layang-layang, sedangkan bangunan keempat adalah tempat membeli souvenir.
Museum menyimpan koleksi layang-layang dari berbagai daerah di tanah air maupun dari mancanegara, mulai dari layang-layang tradisional, layang-layang modifikasi dan layang-layang olahraga.
Selain dari melihat-lihat, kita pun diajak oleh pemandu untuk mencoba membuat dan melukis layang-layang sederhana. Dan kalau cuaca bersahabat, kitapun bisa mencoba menerbangkan layangan buatan sendiri.
Lokasi; Jl. H Kamang no 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan
Jam buka: Selasa-Minggu (09.00-16.00 WIB). Senin dan libur nasional tutup
Tiket masuk: Rp.10.000,-


Transfortasi untuk sampai di Museum Layang-layang:
Dari Blok M naik metro mini 610 arah Pondok Labu. Turun setelah lewat RS. Fatmawati. Akan ada Plang “MUSEUM LAYANG-LAYANG” disebelah kanan jalan. Letak museum ini sekitar 500m dari plang tersebut.
Atau naik bus jurusan Lebak Bulus yang lewat Jalan Raya Fatmawati, turun di Jl Haji Kamang (sekitar 50 meter setelah SDN 01 & 05 Pondok Labu jika dari Utara, atau 50 meter sebelumnya jika dari Selatan). Lanjut naik ojek atau jalan kaki sekitar 375 m.
Atau jika dengan kendaraan pribadi, arahkan ke Rumah Sakit Fatmawati di Jalan Raya Fatmawati, lanjutkan ke Selatan sejauh 1,5 km ada jalan ke kanan 50 meter setelah SDN 01 & 05 Pondok Labu, belok kanan ke Jl Haji Kamang. Lanjut 375 m, Museum Layang-layang ada di kanan jalan.

MUSEUM POLRI
Gedung Museum berlantai tiga dengan desain bangunan tahun 70-an yang terletak di komplek Mabes Polri Jl. Trunojoyo no.3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini menawarkan penelusuran sejarah kepolisian Negara Republik Indonesia masa lalu hingga masa kini dalam tugasnya sebagai aparatur pemerintah pelayan, pelindung dan penegak hukum.
Ide pembangunan Museum dicetuskan oleh Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri dengan tujuan melestarikan nilai-nilai kesejarahan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan pewarisannya kepada generasi mendatang. Dan peresmiannya dilakukan oleh Presiden SBY pada 1 Juli 2009 bertepatan dengan HUT Kepolisian Negara Republik Indonesia (Hari Bhayangkara).
Dalam gedung di tampilkan foto dan dokumentasi serta benda-benda sejarah perjalanan Polri sejak perang kemerdekaan, masuk ke dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia hingga terpisah dari ABRI, dan menuju Polri mandiri dan profesional seperti saat ini, semua itu tersebar dalam beberapa ruangan yang memiliki fungsi dan keunikan masing-masing, seperti Ruang Koleksi dan Peristiwa, Ruang Sejarah, Hall of Fame, Ruang Kepahlawanan, Ruang Simbol dan Kesatuan, Ruang Penegakan Hukum dan ruang khusus buat anak-anak yakni Kids Corner.
Jam buka: Selasa – Minggu: 09.00 – 15.00
Tiket: Gratis.

MUSEUM REKSA ARTHA

Museum Oeang Republik Indonesia (ORI) "Reksa Artha" adalah museum sejarah yang dimiliki oleh Perum Peruri (Percetakan Uang Negara RI) yang terletak di Jl. Lebak Bulus No.1, Cilandak Jakarta Selatan. “Reksa” bermakna menjaga dan “Artha” berarti uang.
Bangunan museum ini awalnya adalah sebuah gudang tinta Perum Peruri.
Museum ini memiliki koleksi item bersejarah yang berkaitan dengan pencetakan mata uang Indonesia, Rupiah. Beberapa koleksi uang kertas dan logam Rupiah bersejarah dari masa kemerdekaan hingga era Orde Baru, printer uang abad ke-20, alat pencetak uang logam koin serta foto-foto bersejarah yang menceritakan beratnya perjuangan pencetakan ORI (Oeang Republik Indonesia)  pada masa lalu yang digunakan untuk mempertahankan kedaulatan ekonomi pada awal kemerdekaan RI.
Dikarenakan Museum Reksa Artha adalah salah satu dari banyak museum di Indonesia dengan rendahnya jumlah pengunjung. Museum ini sering ditutup, karenanya untuk pengunjung sebelum datang bertandang ke harus mengadakan perjanjian dulu dengan pihak museum.
Waktu kunjung: Selasa-Kamis (09.00-15.00)
Tiket: Gratis