*** BEST SOUND SYSTEM JAKARTA, Jl. Asembaris Raya F. Barat no.40A Kebonbaru Tebet, Jakarta Selatan (12830) Telp: 62.021.83705116 ***

Selasa, 28 Mei 2013

MELONGOK PELATARAN JAKARTA

Mengawali sobekan cerita yang akan diterbitkan secara berkala selanjutnya, kami mulai dari cuplikan tentang kota tempat dimana kami mangkal dan mencari sesuap nasi. Yang kebetulan juga akan memperingati Hari Ulang Tahunnya yang ke 486 pada bulan Juni ini. JAKARTA, itulah nama kotanya. Jakarta, sebagai ibu dari kota-kota di negeri tercinta ini, terkenal sebagai kota wisata belanja, karena pusat-pusat perbelanjaan menumpuk di kota ini. Dari level Sogo Jongkok (alias emperan) sampai Sogo ‘aslinya’ yang berada di mal-mal mewah. Dengan harga barang yang diperjual belikan yang sangat bervariasi dari harga baju seribu perak 2 buah sampai harga satu baju sekian JeTe. 
Jakarta kalau dilihat dari sejarah berdirinya, dulunya memang dikenal sebagai pusat kota niaga. Kalau dulu yang di’niaga’kan adalah rempah-rempah hasil bumi dari tanah air ini, lain halnya dengan sekarang, yang di’niaga’kan adalah kemewahan yang serba ‘wah’ untuk busana, aksesoris, furnitur, elektronik dan lain sebagainya. Pokoknya segala hal yang mendukung era modernisasi-globalisasi lah. 
Kalau sodara yang baru sekali ini menginjakkan kaki di tanah Jakarta, mampirlah ke Kota Tua untuk melihat dari dekat peninggalan-peninggalan sejarah kota Metropolitan ini. Disepanjang jalan Gajah Mada sampai ke Kota Tua, masih terlihat bangunan-bangunan tua yang dapat mengembalikan impian kita masa lampau (itu kata orang-orang tua yang hidup di ibukota ini), sayangnya beberapa bangunan tersebut sudah tidak terawat. Sejak kerusuhan tahun 1998 banyak warga keturunan tionghoa yang tinggal di situ menjadi korban dan meninggalkan bangunan tersebut terbengkalai.
Di Kota Tua banyak tempat yang bisa dikunjungi, sekedar untuk melihat koleksi-koleksi museum yang ada di sekitar Kota Tua maupun berfoto-ria. Di Taman Fatahillah saja ada tiga museum, Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah), Museum Seni Rupa dan Keramik, serta Museum Wayang. Dekat shelter Trans Jakarta dan tidak jauh dari museum-museum sebelumnya, ada Museum Bank Mandiri dan Museum Bank Indonesia. Cukup dengan naik Bus Trans Jakarta atau kereta api kita sudah langsung bisa menikmati wisata museum tersebut. 
Dari pemandangan sekitar Kota Tua dan segala macam pernik koleksi Museum disana, kita sudah bisa membayangkan bagaimana perkembangan kota ini dari semenjak berdiri sampai masa kini. Kiranya kami tidak perlu membahas detailnya di sini, silahkan saja sodara datang dan simak sendiri semuanya di lokasi.

Ini peta museum-museum di Kota Tua


Dan ini museum-museum yang silahkan sodara datangi di Kota Tua
 

Dimana letak Kota Tua Jakarta di Peta Dunia, klik di sini. Sebelum sodara datang ke Kota Tua Jakarta, silakan kunjungi situs resmi Kota Tua Jakarta di sini Kalo sodara sudah datang ke Jakarta dan berjalan-jalan di Kota Tua. Untuk nge-rental Sound System dan atau Alat Penterjemah Bahasa, silahkan telpon kantor BSS di 021.83705116 atau datang saja ke kantor BSS. Sodara belum pernah naek Bis Trans Jakarta kan? ? Baiklah kita ke kantor BSS numpang bis itu sekalian menikmati salah satu alat trasnportasi Jakarta yang lagi naek daun ini. Murah meriah dan lancar, sebab bis ini punya jalanan sendiri, dimana kendaraan lain tidak boleh masuk di jalanan dia.


Pergilah sodara ke halte Trans Jakarta yang lokasinya tepat di depan Stasiun Beos/Jakarta Kota. Naek bis Trans Jakarta Koridor 1 (jurusan Kota – Blok M), berhenti di halte Bendungan Hilir, lalu kita transit alias ganti bis, naek jurusan Pluit-Pinang Ranti (Koridor 9A)atau jurusan Grogol-Cililitan (Koridor 9B) berhenti di halte Cikoko/Stasiun Cawang. Disambung naek angkot warna biru jurusan Kalibata-Kampung Melayu no. 02, berhenti di depan Rumah Bersalin Medika Salsabila. Nah tepat di depan Rumah bersalin inilah kami punya kantor. Kalau sodara gak mau ribet-ribet, naek saja taksi, bilang saja sama pak Sopir, ke Asem Baris Tebet. Nanti setelah sampe di Asem Baris, tinggal cari Rumah Bersalin Medika Salsabila. Untuk melihat petanya silahkan klik di sini. Sekian dulu ceritanya, tunggu kelanjutannya.

Kamis, 16 Mei 2013

Tupperware Pullman

Jum'at, 12 April 2013, Hotel Pullman Jakarta yang berlokasi di bilangan Central Park Podomoro City Super Block, Jl. Let. Jend S Parman Jakarta Barat, rame-rame dikerubuti oleh lebih dari 2 ribu orang pebisnis 'plastik berkualitas untuk keperluan rumah tangga' yang diberi nama Tupperware. Ballroom Pullman sebesar itu seakan penuh sesak oleh jubelan orang tua muda yang sebagian besarnya didominasi oleh kaum ibu. Mereka datang mewakili distributor-distributor plastik itu dari berbagai penjuru tanah air ini.
Ada apa rupanya, sampai mereka rela berlelah-lelah, susah payah untuk berusaha datang ke tempat itu...... wow, ternyata satu dari idola para ibu yang merupakan Chairman and CEO of Tupperware Brands Corporation Rick Goings datang ke tempat itu.
Pengusaha sukses itu sengaja berkunjung ke Indonesia yang notabene termasuk negara yang pemasaran produknya pada level tinggi alias paling banyak pemakainya dibanding negara-negara berkembang lain di seluruh dunia.
Dalam sehari itu ibu-ibu dimanjakan dengan berbagai acara hiburan, pelatihan pemasaran, dan berbagai buah tangan dari sponsor. Dan para instruktur juga para 'penggede' Tupperware pun sangat bersemangat dan antusias untuk membagikan ilmu-ilmu mereka kepada lebih dari 2 ribu ibu-ibu sepanjang hari, itu yang tergambar dan tertangkap oleh mata kami. 
Ko, saya bisa tahu jumlah yang hadir lebih dari 2 ribu orang? gampang bener menghitungnya, soalnya dari permintaan panitia yang harus membagi-bagikan receiver milik kami kepada ibu-ibu yang datang dari 76 distributor se Indonesia itu, jumlahnya memang segitu itu. Alhamdulillah nya memang jumlah alat kami lebih dari jumlah itu, makanya mungkin panitia lebih percaya kepada rental kami, selain daripada alat yang tersedia cukup banyak, juga pelayanan orang-orang kami yang maksimal, juga karena memang kami sudah berpengalaman beberapa kali disewa panitia tiap kali ada pertemuan semacam itu.
Pada acara kali ini kelihatannya ibu-ibu yang hadir banyak juga orang-orang lama yang pernah datang ke pertemuan semacam ini dan pernah memakai alat kami, makanya tidak ada lagi ibu-ibu yang kebingungan seperti tahun-tahun lalu, tidak bisa mendengarkan suara penterjemah di receiver yang mereka pegang saat mereka keluar ruangan untuk makan ataupun pergi ke toilet. Mereka sekarang sudah tahu kalau receiver kami memang tidak bisa menangkap frekwensi suara yang dipancarkan dari booth penterjemah kalau posisi mereka tidak dalam ruangan satu ruangan dengan peralatan pemancar kami, karena peralatan kami memakai sinar infra merah sebagai mediator pembawa suara dari penterjemah ke receiver, tidak seperti alat-alat dari rental lain yang memakai frekwensi radio sehingga suara penterjemah terdengar sampai keluar ruangan. Justru disanalah keunggulan peralatan kami, frekwensi pemancar kami sangat terlindungi dalam satu ruangan saja, sehingga jika perkataan yang diterjemahkan sangat rahasia, akan terjaga kerahasiaannya itu dalam ruangan itu saja.
Kali ini problemnya ada beberapa orang yang mengeluh karena tidak bisa menangkap suara penterjemah di receiver mereka, setelah kami dekati dan dipelajari masalahnya, ternyata mereka memindah-mindahkan saklar putar untuk channel bahasa. Oh.... rupanya mereka yang mengeluh itu orang-orang yang baru tahu alat kami yah..... baiklah di sini kami akan ulas dulu cara pemakaian alat receiver kami.

Ini bentuk dari receiver dan headset penerima sinyal


Pastikan headset terpasang di kontak yang ada di bagian samping receiver, tekan tombol ON untuk menyalakan receiver. Lampu led berwarna merah akan menyala selama tombol ON dipijit. Lepas tombol ON (lampu led akan mati) dan headset langsung akan berbunyi, suara penerjemah akan terdengar di headset.
Receiver akan hidup terus selama ada sinyal yang terpancar dari booth penterjemah dan akan mati secara otomatis bila sinyal mati.
Bila receiver mati, segera pijit tombol ON nya, lalu lepas lagi, dan sinyal pun akan terdengar lagi di headset kita.
Pegang receiver didepan badan kita dengan kaca penangkap sinyal menghadap keluar.
Putar channel bahasa, sesuai dengan bahasa yang kita kuasai, misalnya channel angka 1 untuk bahasa Indonesia, channel 2 bahasa Inggris, channel3 bahasa Mandarin, dst.
Kembali ke cerita di atas..... Acara belum juga usai waktu jarum jam kami menunjukkan angka 7. Malam sudah turun. Tugas kami sudah selesai duluan. Alat penterjemah sudah dirapihkan. Dan kamipun segera pulang. Sementara acara Tupperware masih dilanjutkan dengan hiburan dan makan-makan.
Kami juga makan-makan..... tapi di lain tempat, yah.... di hanggar kami lah....
Selamat Tupperware, semoga berjaya selalu. (Agar terus memakai jasa kami tentunya.......:))

Rabu, 08 Mei 2013

Aron Flying Ship 2013





Pagi yang cerah pada Jum’at, 5 April 2013 di dermaga Pondok Dayung, Kawasan Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL Tanjung Priok Jakarta Utara mengawali hari H nya yang ditunggu-tunggu oleh sebagian orang yang berkepentingan, oleh para panitia penyelenggara Demo Flying Ship Aron, para tamu yang akan datang, dan juga oleh kami selaku penyedia alat penterjemah dan sound system sebagai pendukung panitia.
Ya, hari itu, akan dilaksanakan demo “terbang dan berenangnya” sebuah kendaraan yang mampu beroperasi di air dan di udara yang diberi nama Aron oleh perusahaan pembuatnya asal Korea Selatan, Aron Flying Ship Ltd.
Pesawat amfibi tersebut merupakan pesawat pertama di dunia yang dapat beroperasi di udara dan di air bahkan pada cuaca buruk sekalipun yang diharapkan dapat menjadi solusi bagi masalah kelautan Indonesia, terutama Sea Rescue and Defense, kata President Director Aron Flying Ship Ltd Hyunwook Cho.
Aron Flying Ship, lanjutnya, sangat mudah dalam perawatan dan pengoperasian, berkecepatan tinggi namun tetap stabil pada kecepatan rendah serta hemat bahan bakar. Sehingga merupakan transportasi maritim yang sangat tepat untuk generasi mendatang, dan bla..... bla.... bla..... semua ungkapan berupa kepandaian dan kesempurnaan alatnya itu tercurah tumpah ruah didepan para peserta undangan juga di beberapa media yang meliput acara itu. Yang jelas semuanya hanya satu tujuan, yakni memperkenalkan dan menawarkan alat itu kepada bangsa kita, Indonesia, sebagai alat utama sistem senjata (alutsista).
Maaf aku tidak akan panjang lebar membahas amfibi itu, takut ada yang mengira aku dibayar oleh panitia, padahal kan panitia hanya membayar rental tempatku bekerja untuk alat penterjemah dan sound system saja.
Waktu menunjukkan jam 10 siang, ketika para tamu undangan berdatangan, yang berasal dari Kementerian Pertahanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, TNI AU,  TNI AL, Polairud, Basarnas, anggota DPR, serta beberapa perusahaan swasta nasional. Hari mulai terik, sinar matahari masih jatuh menusuk ke dalam areal didalam panggung para tamu. Hal mana yang sebetulnya kami cemaskan dan berharap kalau matahari segera bergeser ke atas agar sinarnya tidak secara langsung masuk ke areal radiasi infra merah yang kami pancarkan dari alat-alat kami.
Namun alhamdulillah, sepanjang acara berlangsung dari awal sampai akhir, tidak ada gangguan sama sekali dari alat-alat kami. Baik yang kami pasang di panggung dermaga itu ataupun yang di restoran untuk para peserta beramah tamah.
Bubaran acara, kami langsung disambut gema adzan dari mesjid jami yang letaknya dekat dengan pintu utama Kopaska itu, menyeru umat Muslim untuk shalat Jum'at berjamaah. Kami pun berjamaah disana.
Ketika seluruh jamaah mengucapkan 'amiiin' disela-sela shalat Jum'at, alangkah indah dan menggema, menggetarkan seluruh ruangan dalam masjid. Aku menangkap semangat yang menggelora, ketegaran dan keperkasaan dalam diri-diri anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut itu. Rasanya lebih bersemangat daripada orang-orang umum atau diluar kemiliteran. Mudah-mudahan semangat itu tidak akan luntur dalam diri para prajurit negeri ini walaupun selalu digoda oleh keadaan. Salut buat TNI AL.
Cuman satu kendala yang membuat kami sedikit kesal (tapi maaf lho para petinggi Pasukan Katak). Tenaga kami yang sudah terkuras semenjak semalam sampai siang hari itu, ingin sekali buru-buru pulang dan istirahat dirumah sehabis selesai semua acara itu, tapi alat transfortasi penyeberangan yang merupakan satu-satunya sarana untuk menyeberang dari dermaga ke areal Kopaska itu cuman satu saja yang beroperasi, yakni sebuah motor boat ‘feri kecil’ yang harus bolak balik menyeberangkan para penumpang berikut barang-barang. Belum lagi, dari dalam areal Kopaska itu sangat banyak para anggota TNI AL yang merupakan pribumi disana yang harus diseberangkan, mau tidak mau kami harus antri menunggu giliran setelah beliau-beliau lewat. Tapi untung saja pemandangan laut yang sedikit bisa kami intip selama kami menyeberang dengan feri kecil itu membuat mata kami sedikit terhibur..... Terima kasih para prajurit.