*** BEST SOUND SYSTEM JAKARTA, Jl. Asembaris Raya F. Barat no.40A Kebonbaru Tebet, Jakarta Selatan (12830) Telp: 62.021.83705116 ***

Rabu, 05 Juni 2013

JAKARTA TEMPO DULU

Dari sumber-sumber yang pernah ada, kita mencatat, bahwa sejarah kota Jakarta bermula dari sebuah pemukiman di muara Sungai Ciliwung pada awal abad ke-16. Pemukiman tersebut bernama “Kalapa” dan merupakan sebuah bandar penting dibawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran, yang pusatnya pada waktu itu berada di dekat kota Bogor sekarang. Orang-orang Eropa lebih mengenal bandar itu dengan nama Sunda Kalapa, karena berada di bawah kekuasaan Sunda. Selama berabad-abad kemudian bandar itu semakin berkembang dan menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai setelah Malaka.
Bangsa Portugis yang telah menaklukkan Kerajaan Malaka pada tahun 1511, tertarik juga dengan kebesaran Sunda Kelapa, maka pada 21 Agustus 1522, penguasa Portugis di Malaka D’Albuquerque mengirim Henrique Leme menghadap penguasa Pajajaran untuk membuat sebuah perjanjian kerjasama. Tawaran itu disambut baik oleh Raja Pajajaran. Selain berkepentingan soal perdagangan, Raja Pajajaran juga bermaksud meminta bantuan orang-orang Portugis dalam menghadapi orang-orang Islam yang datang dari Kesultanan Demak yang saat itu sedang berada di puncak kejayaan. Isi dari perjanjian itu antara lain orang Portugis akan memberikan perlindungan kepada Pajajaran dari ancaman kerajaan-kerajaan Islam apabila Portugis diizinkan membeli rempah-rempah dalam jumlah besar dan mendirikan sebuah benteng di Sunda Kalapa (Kesepakatan ini ditulis diatas batu prasasti yang dikenal dengan nama “Padrao Sunda Kelapa”). Kabar terjadinya kesepakatan antara Portugis-Pajajaran cepat menyebar dan menyulut kemarahan kerajaan Demak. Mereka yang mengetahui politik curangnya Portugis cepat menyusun kekuatan agar dapat merebut Sunda Kelapa terlebih dahulu.  
Sultan Demak mengirimkan balatentaranya yang dipimpin oleh menantunya sendiri, Fatahillah. Pasukan Fatahillah berhasil mengusir Portugis kembali ke Malaka dan menduduki Sunda Kalapa pada 1527.  
Dengan kemenangan itu Fatahillah mengganti nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta (artinya “Kemenangan Berjaya”) pada 22 Juni 1527. Tanggal inilah yang kini diperingati sebagai hari lahir kota Jakarta Kekuasaan Jayakarta akhirnya berada di tangan Fatahillah yang bergelar Pangeran Jayakarta, dan makin meluas sampai ke Banten menjadi Kerajaan Islam. 
Menurut sumber berita Kompeni, tempat kediaman Pangeran Jayakarta adalah di belakang pelabuhan Sunda Kalapa di tepi Sungai Ciliwung. Tempat itulah yang mula-mula disebut Jayakarta.  
Kekuasaan Demak di Jayakarta tidak berlangsung lama. Pada akhir abad ke-16, bangsa Belanda datang untuk mencari rempah-rempah di Asia Tenggara, dan pada 30 Mei 1619, di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen Belanda berhasil merebut Jayakarta dan sekaligus memusnahkannya. Di atas puing-puing Jayakarta didirikan sebuah kota baru. J.P. Coen pada awalnya ingin menamai kota ini Nieuw Hoorn (Hoorn Baru), sesuai kota asalnya Hoorn di Belanda, tetapi akhirnya dipilih nama Batavia. Nama ini adalah nama sebuah suku Keltik yang pernah tinggal di wilayah negeri Belanda dewasa ini pada zaman Romawi.  
Orang-orang Belanda semakin banyak berdatangan ke Batavia setelah mereka mendirikan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), Batavia diubah kembali namanya menjadi Djakarta. Dan, pada tahun 1966, Jakarta memperoleh nama resmi sebagai Ibukota Republik Indonesia sampai sekarang.

 

Itulah sekelumit catatan sejarah kota Jakarta yang dirangkum dari beberapa sumber. Untuk lebih jauh tahu tentang Kota Tua Jakarta, sodara bisa download di sini.
 
Ini sebagian oleh-oleh sejarah dari Kota Tua Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar