22. MONUMEN ASEAN / PEACE (Perdamaian)-INDONESIA
Lokasi: Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat
Patung Peace karya Sunaryo yang mewakili
23. MONUMEN ASEAN / REBIRTH (Kelahiran Kembali)-PHILIPINA
Lokasi: Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat
Patung Rebirth karya Luis E. Yee Jr (Junvee) dari Philippines
terletak di pojok taman yang dekat dengan Jl. Diponegoro dan Jl. Imam Bonjol.
Cungkup yang didalamnya terdapat patung Rebirth merupakan satu-satunya tempat
berpeneduh di Taman Suropati, selain Pos Jaga.
24. MONUMEN ASEAN / HARMONY (Keharmonisan)-BRUNEI DARUSSALAM
Lokasi: Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat
Patung Harmony karya Awang Hj. Latif Aspar dari Brunei
Darussalam terlihat di salah satu bagian Taman Suropati.
25. MONUMEN
ASEAN / FRATERNITY (Persaudaraan) –THAILAND
Lokasi: Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat
Patung Fraternity, karya Nonthivathn Chandhanaphalin.
Pematung yang lahir pada 16 Oktober 1946 ini adalah juga dosen di Sculpture
Department, Faculty of Painting Sculpture and Graphic Arts, Silpakorn
University, Bangkok, Thailand. Ia juga menjadi President of The Thai Sculptor
Association sejak tahun 1982.
26. MONUMEN
ASEAN / THE SPIRIT OF ASEAN (Semangat ASEAN)-SINGAPURA
Lokasi: Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat
Spirit of ASEAN karya Wee Beng Chong. Seniman dan perupa
patung terkenal yang lahir di Singapura pada 22 November 1938 ini adalah
penerima pertama the Cultural Medallion pada 1979 yang digagas oleh Ong Teng
Cheong, Presiden, dan kemudian Menteri Kebudayaan Singapura.
27. MONUMEN
ASEAN / PEACE, HARMONY, AND ONE-MALAYSIA
Lokasi: Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat
28. MONUMEN IKADA
(19 September 1945 )
Ikada bukan nama salah seorang Pahlawan Indonesia ,
tapi nama dari sebuah Lapangan yang sekarang terkenal dengan nama Lapangan
Monas. Ikada singkatan dari Ikatan Atlet Djakarta. Di lapangan inilah, satu bulan setelah Republik Indonesia
memproklamasikan kemerdekaan, tepatnya pada 19 September 1945 , Presiden Pertama Indonesia Ir. Soekarno
memberikan pidato singkat di hadapan ribuan rakyat. Acara ini sekaligus sebagai
peringatan 1 bulan Proklamasi Kemerdekaan. Karena banyaknya massa
yang hadir rapat itu disebut dengan Rapat Raksasa IKADA.
Sebagian sumber menyatakan massa
yang hadir pada hari itu mencapai lebih dari 300.000 orang. Jumlah sebanyak ini
sempat dikhawatirkan oleh Jepang yang segera mengepung Lapangan Ikada dengan
senjata lengkap. Namun kenyataannya massa
dapat terkendali secara baik dan tertib pulang ke tempatnya masing-masing
setelah diperintahkan oleh Bung Karno. Tak banyak yang diucapkan Bung Karno
pada pidatonya di rapat raksasa itu. Namun, apa yang tersirat dalam pidato
singkat tersebut dianggap sebagai momen penting dalam sejarah Republik Indonesia .
Untuk mengenang peristiwa Rapat Raksasa tersebut,
didirikanlah Monumen IKADA. Monumen ini menggambarkan sosok lima
pemuda, jumlah minimal yang dapat menggambarkan himpunan massa
dengan sikap tekad, berani, optimistis, dengan memancangkan bendera Merah
Putih.
Monumen ini selesai dibangun pada 1 Februari 1988,
peletakan batu pertamanya pada 19 September 1987, dan diresmikan pada 20 Mei
1988 oleh Gubernur DKI Jakarta, Wiyogo Atmodarminto. Gagasan pendirian monumen
ini berasal dari Dewan Harian Daerah Angkatan 45, dan disambut baik ide itu
oleh Gubernur DKI saat itu, R. Suprapto.
Monumen IKADA dirancang oleh Sunaryo, seorang doset
ITB dan pematung terkenal. Patung tersebut dibuat dengan gaya
modern. Bagian pertama monumen adalah plaza dengan ukuran 19X19 m yang
melambangkan tanggal 19, kemudian landasan dengan tinggi 4 m, serta patung
manusia setinggi 5 m, mengandung arti 4+5=9, angka 9 berati bulan September
atau 4 dan 5 analog dengan tahun 45 atau 1945. Landasan ini dibagi menjadi 7
segmen yang melambangkan Sapta Patria Seni Nilai Perjuangan, yang terdiri dari
nasionalisme, patriotisme, heroisme, pantang menyerah, kebersamaan, tanpa
pamrih dan percaya diri. Bahan untuk membuat patung adalah tembaga ketok dengan
ketebalan 2-3 mm dengan lama pembuatan 5 bulan.
29. MONUMEN NASIONAL (MONAS)
Monumen Nasional atau yang populer disingkat
dengan Monas atau Tugu Monas adalah salah satu dari monumen peringatan yang
didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda.
Monumen Nasional yang terletak di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, dibangun pada dekade 1961an. Tugu Peringatan Nasional dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Soedarsono dan Frederich Silaban, dengan konsultan Ir. Rooseno, mulai dibangun Agustus 1959, dan diresmikan 17 Agustus 1961 oleh Presiden RI Soekarno. Monas resmi dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975.
Pembagunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terbangkitnya inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Tugu Monas yang menjulang tinggi dan melambangkan lingga (alu atau anatan) yang penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Semua pelataran cawan melambangkan Yoni (lumbung). Alu dan lumbung merupakan alat rumah tangga yang terdapat hampir di setiap rumah penduduk pribumi Indonesia.
Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas.
Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur, Minggu atau libur sekolah banyak masyarakat yang berkunjung ke sini.
(Lihat juga disini, disini atau disini)
Monumen Nasional yang terletak di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, dibangun pada dekade 1961an. Tugu Peringatan Nasional dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Soedarsono dan Frederich Silaban, dengan konsultan Ir. Rooseno, mulai dibangun Agustus 1959, dan diresmikan 17 Agustus 1961 oleh Presiden RI Soekarno. Monas resmi dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975.
Pembagunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terbangkitnya inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Tugu Monas yang menjulang tinggi dan melambangkan lingga (alu atau anatan) yang penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Semua pelataran cawan melambangkan Yoni (lumbung). Alu dan lumbung merupakan alat rumah tangga yang terdapat hampir di setiap rumah penduduk pribumi Indonesia.
Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas.
Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur, Minggu atau libur sekolah banyak masyarakat yang berkunjung ke sini.
(Lihat juga disini, disini atau disini)