6. PATUNG ARJUNA WIJAYA / ASTA BRATA
Di Bundaran Monas, Jakarta Pusat, tepatnya didekat
salah satu pintu masuk Monas, seberang gedung Sapta Pesona, kantor Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berdiri megah Patung Arjuna Wijaya / Asta Brata yang dibangun Agustus 1987. Patung
ini menggambarkan sosok Arjuna lengkap dengan busurnya, berdiri di atas kereta
perang yang ditarik 8 ekor kuda, dengan kusirnya Bathara Kresna. Adegan patung
karya pematung Nyoman Nuarta itu diambil dari fragmen waktu Arjuna melawan
Adipati Karna dalam perang Baratayudha. Kedelapan kuda yang menarik kereta
perang itu melambangkan delapan ajaran kehidupan yang diidolakan oleh Presiden
Soeharto, Asta Brata (dalam bahasa Jawa Kawi/Jawa Kuno, Asta berarti
delapan, brata berarti azas/laku utama) delapan pedoman kepemimpinan,
yaitu:
- Surya (Matahari); Pemimpin harus mampu memberi semangat dan kehidupan kepada rakyatnya, laksana matahari yang selalu menyinari dunia tiada henti.
- Candra (Bulan); Pemimpih harus mampu memberi penerangan dan membimbing rakyatnya yang berada dalam kegelapan, terutama saat malam hari atau saat rakyatnya mengalami kesukaran.
- Pertiwi (Bumi); Pemimpin hendaknya berwatak jujur, teguh, dan murah hati, senang beramal, dan senantiasa berusaha untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya. Bumi tempat berpijak, tidak boleh menelan orang-orang yang telah percaya bahwa dia mampu menahan beban.
- Bayu (Angin); Pemimpin harus dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat dan martabatnya, bisa mengetahui keadaan dan keinginan rakyatnya, serta mampu memahami dan menyerap aspirasi rakyat. Bagai angin berhembus yang hembusannya dapat dirasakan oleh siapapun.
- Indra (Hujan); Pemimpin harus berwibawa dan mampu mengayomi serta memberikan kehidupan seperti hujan yang turun menyuburkan tanah. Pemimpin tidak boleh menjadi badai yang merusakan rakyatnya.
- Baruna (Samudera); Luasnya samudera menggambarkan betapa hati seorang pemimpin itu harus luas, tidak mudah marah, selalu menimbang sebelum memutuskan. Oleh karena itu, pemimpin harus memiliki pengetahuan luas agar dapat menahan emosi.
- Agni (Api); Pemimpin hendaknya tegas dan berani menegakkan kebenaran dan keadilan. Api tidak akan berhenti membakar sebelum habis bahan yang dibakarnya.
- Lintang (Bintang); Pemimpin harus dapat berfungsi sebagai contoh atau teladan dan panutan bagi masyarakatnya seperti bintang yang dapat menjadi petunjuk para nelayan yang sedang melaut.
Patung ini mulai dibuat bulan April 1987 dan
diresmikan tanggal 16 Agustus 1987 oleh Presiden Soeharto. Pada waktu
pembuatannya, karena keterbatasan dana, akhirnya patung itu dibuat dari bahan
polyester resin cokelat yang kelemahannya mudah rapuh jika terkena sinar
ultraviolet. Karena kondisi patung ini mulai keropos, pada tahun 2003 direnovasi
dengan menelan biaya 4 miliar dan material patungnya diganti dengan bahan
tembaga.
Dimensi panjang patung adalah 23 meter, tinggi 5
meter, dengan bobot 3,600 ton.
Di sebelah selatan patung ini, terdapat prasasti
yang berbunyi : “Kuhantarkan kau, melanjutkan perjuangan, mengisi
kemerdekaan dengan pembangunan yang tiada mengenal akhir”, sebuah pesan
yang sangat mendalam dari Bapak Pembangunan bagi pemimpin dan rakyat Indonesia
untuk direnungkan dan diilhami.
7. PATUNG KARTINI
Patung Peringatan Raden Ajeng Kartini atau yang
dikenal Patung Kartini. Patung ini berada di dalam wilayah Monas yang
berseberangan dengan Stasiun Gambir. Patung Kartini tersebut menggambarkan tiga
pose Kartini yang berbeda, yaitu Kartini yang sedang berjalan, menyusui, dan
sedang menari.
Patung ini merupakan sumbangan dari bangsa Jepang
sebagai lambang persahabatan dengan Indonesia .
Patung Kartini diresmikan pada tanggal 20 Desember 2005, oleh Duta Besar Jepang
untuk Indonesia, Yutaka Himura dan Gubernur Jakarta, Sutiyoso. (lihat
juga disini)
8. PATUNG JENDERAL SUDIRMAN
Patung
Jenderal Besar Soedirman, setinggi 12 meter (6,5 meter tinggi patung; 5,5 meter
tinggi penyangganya) terbuat dari perunggu seberat 4 ton dan dikerjakan oleh
seniman sekaligus dosen seni rupa ITB, Sunario ditempatkan di lokasi yang
sangat strategis, berdiri tegak di kawasan pusat bisnis Indonesia tepat di
jantung ibukota, yang lokasinya segaris dengan Patung Pemuda Membangun dan Tugu
Monas, di daerah Dukuh Atas, tepatnya depan gedung BNI ,
di ujung jalan Jenderal Sudirman. Diresmikan tanggal 16 Agustus 2003. Jenderal
Sudirman adalah pemimpin pasukan gerilya pada masa perang kemerdekaan
(1945-1949).
Patung
Selamat Datang, berdiri tepat di jantung Ibukota yang mempertemukan Jalan
Jenderal Sudirman dan Jalan Husni Thamrin. Letaknya persis di tengah-tengah
bundaran air mancur Hotel Indonesia. Dilambangkan oleh sepasang muda-mudi yang
membawa seikat bunga dan sedang melambaikan tangan. Patung ini menghadap ke
utara arah Kota sebagai pusat
bisnis perdagangan dan untuk menyambut para atlit peserta Asian Games IV tahun
1962 yang datang dari pelabuhan waktu itu.
Patung ini dibuat oleh Edhi Sunarso dan dirancang bersama dengan Henk
Ngantung, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Patung
perunggu setinggi 17 meter (7 meter dari kaki patung sampai tangan yang
melambai; 10 meter penyangga) ini diresmikan oleh presiden Soekarno pada tahun
1962 dalam rangka Asian Games IV yang digelar di Jakarta
10. MONUMEN PEMBEBASAN IRIAN BARAT
Bertempat
di Lapangan Banteng Jakarta Pusat, seberang Hotel Borobudur dan Gedung
Departemen Keuangan, patung seorang laki-laki tampak berdiri tegak diatas dua
buah pilar yang menjulang tinggi, dua tangannya terangkat tinggi-tinggi dengan
rantai yang terputus sebagai ekspresi kemerdekaan. Merdeka dari apa? Merdeka
dari belenggu penjajahan Belanda yang dulu mengikat kaki dan tangan bangsa Indonesia .
Yah….. inilah Monumen Pembebasan Irian
Barat atau Irian Jaya yang sekarang disebut Papua.
Berawal
dari pidato Presiden Soekarno pada tahun 1962 yang begitu berapi-api untuk
membebaskan Irian Barat, tim pematung pimpinan Edhi Sunarso merealisasikannya
dalam bentuk yang dapat kita lihat saat ini. Patung ini terbuat dari bahan
perunggu seberat sekitar 8 ton. Tinggi patung dari kaki sampai ujung tangan sekitar
11 meter, sementara tinggi kaki patung dari landasan bawah adalah 20 meter.
Lama pembuatan sekitar satu tahun. Presiden Soekarno berkenan meresmikan patung
ini pada 17 Agustus 1963.