Di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta bagian Selatan pun tersebar beberapa museum sejarah yang dapat dikunjungi oleh umum, diantaranya:
DIORAMA SEJARAH PERJALANAN BANGSA
Diorama Sejarah Perjalanan Bangsa
(DSPB) di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Jl. Ampera Raya No. 7
Cilandak, Jakarta Selatan adalah pengungkapan proses perjalanan sejarah bangsa
Indonesia dari masa ke masa yang ditampilkan melalui perpaduan arsip, seni, dan
teknologi modern. Pengubahan bentuk arsip menjadi karya seni dengan sentuhan
teknologi ini dimaksudkan untuk memperkenalkan arsip kepada masyarakat dengan
cara yang mudah dipahami dan menarik.
DSPB seluas 750 m² yang dibagi dalam delapan hall ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 31 Agustus 2009. Masing-masing hall menampilkan peristiwa-peristiwa pada masa tertentu. Hall C misalnya. Ketika memasuki ruangan itu, kita serasa dibawa menuju suasana yang bernuansakan pergerakan tokoh-tokoh pemuda yang diawali tahun 1908 hingga tahun 1928. Catatan sejarah dalam bentuk grafis ditampilkan pada panel-panel display yang ditempatkan pada dinding dan kolom. Naskah asli Sumpah Pemuda adalah salah satu materi yang dipamerkan. Di hall ini terdapat juga diorama dengan teknik penempatan mengambang atau biasa disebut floating diorama yang menggambarkan peristiwa Sumpah Pemuda.
Sementara di Hall D, para pengunjung dapat merasakan suasana detik-detik menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Representasi Ibu Fatmawati sedang duduk di depan mesin jahit tua dengan tangan yang memegang kain berwarna merah dan putih, sedangkan kakinya menggerakkan roda mesin jahit. Peristiwa pembuatan Sang Saka Merah Putih oleh Ibu Fatmawati tersebut ditampilkan bersama peristiwa dramatis lainnya yang terjadi di sekitar tanggal 17 Agustus 1945. Patung Bung Karno dan Bung Hatta yang sedang membacakan naskah Proklamasi juga menghiasi ruang pamer di Hall D tersebut.
Alat bantu/peraga pun tersedia dalam banyak kisah. Semisal, kisah salah satu pahlawan nasional, pencipta lagu Indonesia Raya, WR Soepratman. Di samping sejarah penciptaan lagu tersebut, di dinding telah di sediakan tombol tertutup keping CD dimana kita dapat mendengarkan lagu Indonesia Raya yang asli dengan 3 stanza, dan membandingkannya dengan lagu yang telah disederhanakan menjadi 2 stanza seperti yang berlaku saat ini.
DSPB seluas 750 m² yang dibagi dalam delapan hall ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 31 Agustus 2009. Masing-masing hall menampilkan peristiwa-peristiwa pada masa tertentu. Hall C misalnya. Ketika memasuki ruangan itu, kita serasa dibawa menuju suasana yang bernuansakan pergerakan tokoh-tokoh pemuda yang diawali tahun 1908 hingga tahun 1928. Catatan sejarah dalam bentuk grafis ditampilkan pada panel-panel display yang ditempatkan pada dinding dan kolom. Naskah asli Sumpah Pemuda adalah salah satu materi yang dipamerkan. Di hall ini terdapat juga diorama dengan teknik penempatan mengambang atau biasa disebut floating diorama yang menggambarkan peristiwa Sumpah Pemuda.
Sementara di Hall D, para pengunjung dapat merasakan suasana detik-detik menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Representasi Ibu Fatmawati sedang duduk di depan mesin jahit tua dengan tangan yang memegang kain berwarna merah dan putih, sedangkan kakinya menggerakkan roda mesin jahit. Peristiwa pembuatan Sang Saka Merah Putih oleh Ibu Fatmawati tersebut ditampilkan bersama peristiwa dramatis lainnya yang terjadi di sekitar tanggal 17 Agustus 1945. Patung Bung Karno dan Bung Hatta yang sedang membacakan naskah Proklamasi juga menghiasi ruang pamer di Hall D tersebut.
Alat bantu/peraga pun tersedia dalam banyak kisah. Semisal, kisah salah satu pahlawan nasional, pencipta lagu Indonesia Raya, WR Soepratman. Di samping sejarah penciptaan lagu tersebut, di dinding telah di sediakan tombol tertutup keping CD dimana kita dapat mendengarkan lagu Indonesia Raya yang asli dengan 3 stanza, dan membandingkannya dengan lagu yang telah disederhanakan menjadi 2 stanza seperti yang berlaku saat ini.
Berbagai lagu nasional dapat
diperdengarkan di sana. Hanya dengan menyentuh sebuah layar komputer yang
disediakan, pengunjung dapat mendengarkan berbagai lagu nasional dan lagu
daerah.
Kemudian patung 5 mantan presiden RI
dari mulai Bung Karno, Pak Harto, Gus Dur, Megawati Soekarno Putri hingga BJ
Habibie dilengkapi dengan headphone dimana pengunjung dapat mendengarkan
rekaman suara (pidato) masing-masing presiden menjadi satu dari sekian daya
tarik berikutnya.
Diorama Sejarah Perjalanan Bangsa buka untuk umum setiap hari: Senin hingga Jumat. Buka pukul 09.00 – 15.00 WIB, Sabtu dan Minggu dibuka pukul 09.00 – 13.00 WIB, harga tiketnya: Gratis bo..
MUSEUM AL-QUR’AN PTIQ
Museum PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu
Al-Qur’an) adalah sebuah bangunan sebagai fasilitas tambahan dari pada instansi
pendidikan Institut PTIQ yang berada di Jakarta Selatan. Berdiri sejak 1969,
berlokasi di daerah Kebayoran Baru, setelah Institut resmi berdiri pada 1 April
1971 maka museum pun dipindahkan ke Institut ini.
Walaupun luasnya hanya sebesar ruang kuliah pada umumnya, namun banyak koleksi yang memiliki nilai histories yang luar biasa disana. Koleksinya berupa mushaf dari abad ke-15 yang masih ditulis tangan hingga masa kini yang sudah dicetak mesin, termasuk cetakan dengan huruf Braille. Bukan hanya di Nusantara, museum ini juga mengoleksi mushaf dari berbagai Negara, terutama di kawasan Timur Tengah, semisal duplikat mushaf yang merupakan lembaran-lembaran yang berasal dari zaman Usman bin Affan.
Lokasi: Jl. Batan I no.2 (Jl. Lebak Bulus Raya), Lebak Bulus, Cilandak Jakarta Selatan 12440.
Buka tiap hari: Senin-Jum’at (08.00-14.00 WIB).
Tiketnya: Gratis.
Walaupun luasnya hanya sebesar ruang kuliah pada umumnya, namun banyak koleksi yang memiliki nilai histories yang luar biasa disana. Koleksinya berupa mushaf dari abad ke-15 yang masih ditulis tangan hingga masa kini yang sudah dicetak mesin, termasuk cetakan dengan huruf Braille. Bukan hanya di Nusantara, museum ini juga mengoleksi mushaf dari berbagai Negara, terutama di kawasan Timur Tengah, semisal duplikat mushaf yang merupakan lembaran-lembaran yang berasal dari zaman Usman bin Affan.
Lokasi: Jl. Batan I no.2 (Jl. Lebak Bulus Raya), Lebak Bulus, Cilandak Jakarta Selatan 12440.
Buka tiap hari: Senin-Jum’at (08.00-14.00 WIB).
Tiketnya: Gratis.
MUSEUM BASOEKI ABDULLAH
Koleksi Museum Basoeki Abdullah terdiri dari koleksi lukisan dan koleksi pribadi pelukis Basoeki Abdullah berupa patung, topeng, wayang, senjata dan sebagainya. Jumlah koleksi museum yang dihibahkan berdasarkan data yang ada sebanyak 123 buah, sedangkan koleksi pribadi (barang dan benda seni) milik Basoeki Abdullah sebanyak 720 buah, dan buku-buku/majalah + 3000 buah.
Museum Basoeki Abdullah melayani masyarakat dengan menggelar pameran, seminar, penelitian dan workshop, serta menerbitkan bermacam bentuk publikasi berupa katalog, biografi, kumpulan artikel, dan hasil penelitian dan dari serangkaian kegiatan yang lain.
Museum ini awalnya adalah rumah tinggal sang maestro pelukis ternama Indonesia Basoeki Abdullah yang pada tahun 1998 diserahkan kepada pemerintah RI melalui Dirjen Kebudayaan cq. Direktorat Permuseuman. Lalu bangunan rumah dua tingkat seluas + 600 m2 ini direnovasi untuk difungsikan sebagai museum, dan pada tanggal 25 September 2001 Museum Basoeki Abdullah diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Drs. I Gede Ardika.
Museum Basoeki Abdullah sendiri memiliki sebanyak 123 koleksi lukisan yang terdiri dari 112 lukisan asli dan 11 lainnya merupakan hasil reproduksi. 720 buah benda seni yang terdiri dari topeng, wayang, senjata serta jas khas pelukis yang kerap digunakan oleh Basoeki Abdullah semasa hidupnya. Bagi yang gemar membaca, kita juga bisa melihat buku apa saja yang pernah menjadi jendela ilmu Basoeki. Ada ruang perpustakaan, dengan koleksi 3.000 lebih buku miliknya.
Lokasi: Jl. Keuangan Raya no.19, Cilandak Barat, Jakarta Selatan.
Waktu kunjungan: Selasa - Kamis (08.00 - 15.00), Jum’at (08.00 - 11.00), Sabtu - Minggu (08.00 - 11.30); Senin dan hari lilbur nasional tutup.
Tiket: Rp.2.000,- (kecuali jika sedang ada kegiatan workshop atau seminar seni, pengunjung akan dikenakan bayaran oleh panitia penyelenggara).
MUSEUM HARRY DARSONO
Bangunan bergaya Eropah
yang terletak di Jl. Cilandak Tengah No.71, Jakarta Selatan, tepatnya di
belakang Cilandak Town Square (Citos) ini merupakan satu-satunya museum fashion
di Indonesia yang cukup langka keberadaannya. Disini kita dapat menyaksikan
karya-karya perancang busana Harry Darsono, salah satu perancang busana papan
atas di Indonesia dalam pelbagai media mulai dari
kain, sepatu, keramik hingga sulaman kontemporer.Baru masuk pun ke dalam museum, kita akan disuguhi kumpulan karya pribadinya Harry Darsono sejak tahun 1970-an. Mulai dari karya adi busana, koleksi art to wear, kostum panggung yang sudah go internasional, seperti pada pementasan pergelaran karya-karya Shakespeare, seperti Hamlet & Othello yang pernah ditampilkan di Woodbridge, Suffolk, Inggris (1980), serta Julius Caesar di Jakarta (1997). Terdapat pula gaun-gaun adibusana, seperti baju dan gaun pengantin dengan sulaman emas murni yang pernah dipesan oleh wanita-wanita bangsawan dunia, seperti rancangan khusus untuk Lady Diana yang dibuatnya pada 1980 dan rancangan untuk Ratu Rania, Ratu Yordania.
Setiap beberapa bulan sekali koleksi rancangan di Museum Harry Darsono sengaja di rotasi untuk selalu menciptakan koleksi yang segar dan beragam. Bagi anda yang ingin mengunjungi Museum Harry Darsono, diharuskan untuk reservasi terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk membatasi jumlah pengunjung agar pengunjung bisa menikmati koleksi rancangan Harry Darsono dengan leluasa.
Museum buka: Senin - Sabtu (10.00-12.00)
MUSEUM LAYANG-LAYANG
Museum Layang-layang didirikan pada tahun 2003, oleh penggemar layang-layang dan barang antik yang juga seorang pakar kecantikan, Ibu Endang Ernawati.
Museum terbagi menjadi 4 bangunan. Bangunan pertama adalah loket dan tempat menonton video. Bangunan kedua adalah tempat untuk membuat keramik / melukis keramik dan meluksi batik. Bangunan ketiga adalah tempat membuat layang-layang, melukis wayang sekaligus ruang pamer koleksi layang-layang, sedangkan bangunan keempat adalah tempat membeli souvenir.
Museum menyimpan koleksi layang-layang dari berbagai daerah di tanah air maupun dari mancanegara, mulai dari layang-layang tradisional, layang-layang modifikasi dan layang-layang olahraga.
Selain dari melihat-lihat, kita pun diajak oleh pemandu untuk mencoba membuat dan melukis layang-layang sederhana. Dan kalau cuaca bersahabat, kitapun bisa mencoba menerbangkan layangan buatan sendiri.
Lokasi; Jl. H Kamang no 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan
Jam buka: Selasa-Minggu (09.00-16.00 WIB). Senin dan libur nasional tutup
Tiket masuk: Rp.10.000,-
Transfortasi untuk sampai di Museum Layang-layang:
Dari Blok M naik metro mini 610 arah Pondok Labu. Turun setelah lewat RS. Fatmawati. Akan ada Plang “MUSEUM LAYANG-LAYANG” disebelah kanan jalan. Letak museum ini sekitar 500m dari plang tersebut.
Atau naik bus jurusan Lebak Bulus yang lewat Jalan Raya Fatmawati, turun di Jl Haji Kamang (sekitar 50 meter setelah SDN 01 & 05 Pondok Labu jika dari Utara, atau 50 meter sebelumnya jika dari Selatan). Lanjut naik ojek atau jalan kaki sekitar 375 m.
Atau jika dengan kendaraan pribadi, arahkan ke Rumah Sakit Fatmawati di Jalan Raya Fatmawati, lanjutkan ke Selatan sejauh 1,5 km ada jalan ke kanan 50 meter setelah SDN 01 & 05 Pondok Labu, belok kanan ke Jl Haji Kamang. Lanjut 375 m, Museum Layang-layang ada di kanan jalan.
MUSEUM POLRI
Gedung Museum berlantai tiga dengan desain bangunan tahun 70-an yang terletak di komplek Mabes Polri Jl. Trunojoyo no.3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini menawarkan penelusuran sejarah kepolisian Negara Republik Indonesia masa lalu hingga masa kini dalam tugasnya sebagai aparatur pemerintah pelayan, pelindung dan penegak hukum.
Ide pembangunan Museum dicetuskan oleh Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri dengan tujuan melestarikan nilai-nilai kesejarahan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan pewarisannya kepada generasi mendatang. Dan peresmiannya dilakukan oleh Presiden SBY pada 1 Juli 2009 bertepatan dengan HUT Kepolisian Negara Republik Indonesia (Hari Bhayangkara).
Dalam gedung di tampilkan foto dan dokumentasi serta benda-benda sejarah perjalanan Polri sejak perang kemerdekaan, masuk ke dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia hingga terpisah dari ABRI, dan menuju Polri mandiri dan profesional seperti saat ini, semua itu tersebar dalam beberapa ruangan yang memiliki fungsi dan keunikan masing-masing, seperti Ruang Koleksi dan Peristiwa, Ruang Sejarah, Hall of Fame, Ruang Kepahlawanan, Ruang Simbol dan Kesatuan, Ruang Penegakan Hukum dan ruang khusus buat anak-anak yakni Kids Corner.
Jam buka: Selasa – Minggu: 09.00 – 15.00
Tiket: Gratis.
MUSEUM REKSA ARTHA
Museum Oeang Republik Indonesia (ORI) "Reksa Artha" adalah museum sejarah yang dimiliki oleh Perum Peruri (Percetakan Uang Negara RI) yang terletak di Jl. Lebak Bulus No.1, Cilandak Jakarta Selatan. “Reksa” bermakna menjaga dan “Artha” berarti uang.
Bangunan museum ini awalnya adalah sebuah gudang tinta Perum Peruri.
Museum ini memiliki koleksi item bersejarah yang berkaitan dengan pencetakan mata uang Indonesia, Rupiah. Beberapa koleksi uang kertas dan logam Rupiah bersejarah dari masa kemerdekaan hingga era Orde Baru, printer uang abad ke-20, alat pencetak uang logam koin serta foto-foto bersejarah yang menceritakan beratnya perjuangan pencetakan ORI (Oeang Republik Indonesia) pada masa lalu yang digunakan untuk mempertahankan kedaulatan ekonomi pada awal kemerdekaan RI.
Dikarenakan Museum Reksa Artha adalah salah satu dari banyak museum di Indonesia dengan rendahnya jumlah pengunjung. Museum ini sering ditutup, karenanya untuk pengunjung sebelum datang bertandang ke harus mengadakan perjanjian dulu dengan pihak museum.
Waktu kunjung: Selasa-Kamis (09.00-15.00)
Tiket: Gratis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar