MUSEUM NASIONAL
Museum Nasional atau Museum Gajah
atau Gedung Arca, adalah sebuah museum yang terletak di Jakarta Pusat tepatnya
di Jln. Merdeka Barat 12, diresmikan pada tahun 1868 oleh Persatuan Kesenian
dan Ilmu Pengetahuan Batavia, tapi secara institusi Museum ini lahir pada tahun
1778, saat pembentukan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen
oleh pemerintah Belanda (sekarang Lembaga Kebudayaan Indonesia).
Museum pertama dan terbesar di Asia
Tenggara ini, hingga saat ini mengelola lebih dari 100.000 benda, yang dapat dikelompokkan dalam 7 jenis
koleksi yaitu prasejarah, arkeologi, keramik, numismtik-heraldik, sejarah,
etnografi dan geografi.
Patung Bhairawapatung dengan tinggi 414 cm adalah daya tarik utama museum ini.
patung ini merupakan manifestasi dari Dewa Lokeswara atau Awalokiteswara, yang
merupakan perwujudan Buddhisatwa (pancaran Buddha) di bumi.
Koleksi arca Buddha tertua di museum
ini berupa arca Buddha Dipangkara yang terbuat dari perunggu disimpan dalam
Ruang Perunggu dalam kotak kaca tersendiri. Sementara itu, arca Hindu tertua di
Nusantara, yaitu Wisnu Cibuaya (sekitar abad ke-4 M) terletak di Ruang Arca Batu.
Koleksi ini dipajang tanpa teks label dan terhalang oleh arca Ganesha dari
Candi Banon.
Sedangkan koleksi lukisan yang
terdapat di museum ini terdiri dari lukisan karya pelukis-pelukis Paris, antara lain; karya Kandensky, Zou
Wuki, Georges Braque, Polk Lee yang terakhir dipamerkan tahun 1991 lalu.
Waktu kunjungan Museum: Selasa-Jum'at : 08.00 - 16.00;
Sabtu-Minggu : 08.00 - 17.00; Senin dan hari besar nasional Tutup.
Harga tiket masuk, dewasa : Rp
5.000,- dan anak-anak : Rp 2.000,-
Untuk menuju ke lokasi Museum ini kita bisa menggunakan bus Trans
Jakarta Koridor 1, 2A, 3A atau 6A dan berhenti di halte Monumen Nasional, atau
dengan angkutan umum lainnya.
MONUMEN
PROKLAMASI DAN PATUNG PROKLAMATOR SOEKARNO HATTA
Dihalaman rumah Soekarno (yang
dikemudian hari menjadi Presiden RI pertama) Jl. Pegangsaan Timur no.56 Jakarta Pusat
(sekarang Jl. Proklamasi) dibacakan untuk pertama kalinya naskah Proklamasi Kemerdekaan RI. Di lokasi ini kini berdiri Tugu
Proklamasi atau Tugu petir untuk memperingati hari bersejarah proklamasi
kemerdekaan RI. Pada kompleks Taman Proklamasi ini juga terdapat monumen dua
patung Soekarno-Hatta berukuran besar yang berdiri berdampingan, mirip dengan
dokumentasi foto ketika naskah proklamasi pertama kali dibacakan. Di antara dua
patung proklamator ini terdapat patung naskah proklamasi terbuat dari lempengan
batu marmer hitam, dengan susunan dan bentuk tulisan mirip dengan naskah
ketikan aslinya.
Setelah era reformasi, selain
menjadi tempat yang spesial untuk acara peringatan Hari Kemerdekaan RI tiap tahunnya, lokasi ini pun
menjadi tempat pilihan bagi berkumpulnya para demonstran untuk menyuarakan
pendapat-pendapatnya.
Lain halnya ketika sore menjelang.
Pada hari-hari yang biasa, para penduduk yang tinggal tak jauh dari lingkungan
taman ini kerap berkunjung ke Tugu Proklamasi untuk berbagai aktivitas. Tempat
ini menjadi tempat favorit anak-anak bermain, arena berolahraga, tempat
berkumpul dan bertemu, atau hanya untuk duduk-duduk saja menghabiskan sore
hingga senja datang.
Untuk menuju lokasi, kita bisa naik
Busway Koridor 4 dan 6B berhenti di halte Matraman dan disambung dengan jalan
kaki, atau naik ojek atau bajaj.
MUSEUM
PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI
Gedung
berlantai dua bergaya Eropa Art Deco yang berlokasi di Myakodori no.1 (sekarang
Jl. Imam Bonjol no.1 Jakarta Pusat), dibangun pada pertengahan 1920-an, menurut
sejarahnya, awalnya adalah rumah yang digunakan konsul Inggris sampai tahun 1942,
lalu menjadi kediaman duta besar Inggris (1950-1981), lalu dihuni oleh
Laksamana Muda Tadashi Maeda kepala Kaigun sampai tahun 1945. Setelah kekalahan
Jepang gedung ini menjadi Markas Tentara Inggris. Dari 1961-1981 gedung ini
dikontrak oleh Kedutaan Inggris. Pada tahun 1982 gedung ini digunakan sebagai
kantor Perpustakaan Nasional.
Gedung
yang menempati tanah seluas 3.914 meterpersegi ini menjadi sangat penting
artinya bagi bangsa Indonesia setelah terjadi peristiwa
bersejarah pada 16-17 Agustus 1945, yakni dirumuskan dan ditandatanganinya
naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh tokoh-tokoh pejuang
kemerdekaan kita. Oleh karena itu pada tahun 1984, gedung ini ditetapkan
sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Ruang
pameran yang terdapat di Museum ini adalah sebagai berikut:
1. Ruang
Pra-Proklamasi Naskah Proklamasi
2. Ruang
Perumusan Naskah Proklamasi
3. Ruang
Pengesahan/Penandatanganan Naskah Proklamasi
4. Ruang
Pengetikan Teks Proklamasi
Jam
Kunjungan:
Selasa -
Kamis 08.00-16.00
Jumat
08.30-11.00; 13.00-16.00
Sabtu -
Minggu 08.30-17.00
Hari
Senin dan hari Libur Nasional tutup.
Tiket:
Dewasa Rp 750 dan anak-anak Rp 250.
MUSEUM
SEJARAH NASIONAL DAN MONUMEN NASIONAL
Museum ini adalah satu-satunya museum yang terletak 3 meter di bawah permukaan tanah, dibawah Tugu Monumen Nasional. Berukuran luas 80X80 meter persegi. Dinding, tiang, dan lantainya secara keseluruhan berlapiskan marmer.
Di ruang Museum Sejarah terdapat 51 jendela peragaan (diorama) yang mengabadikan peristiwa sejarah sejak zaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia, perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia, hingga masa pembangunan Orde Baru.
Lebih lengkap baca di sini atau di sini.
Museum ini berlokasi di Jl.
Silang Monas Jakarta Pusat. Untuk mencapai ke sana kita bisa berjalan
kaki, atau naik kendaraan umum ataupun pribadi. Untuk Bus Trans Jakarta, bisa
naik Koridor Koridor 1, 2, 2A, 2B, 3A, dan 6A.
Museum Sumpah Pemuda adalah sebuah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang berada di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat. Museum ini adalah museum khusus yang memiliki koleksi foto dan benda-benda yang berhubungan dengan peristiwa Sumpah Pemuda serta kegiatan-kegiatan dalam pergerakan nasional kepemudaan. Di bangunan yang luasnya 460 meter persegi inilah Naskah Sumpah Pemuda untuk pertama kali dibacakan. Dan di gedung ini pernah tinggal beberapa tokoh pergerakan, seperti Muhammad Yamin, Aboe Hanifah, Amir Sjarifuddin, A.K. Gani, Mohammad Tamzil dan Assaat dt Moeda.
Gagasan mendirikan Museum Sumpah Pemuda berasal dari pelaku Kongres Pemuda Kedua (1972), yang kemudian diresmikan dengan nama Gedung Sumpah Pemuda oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973 dan pada 20 Mei 1974 Gedung Sumpah Pemuda kembali diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto.
Koleksi dari museum ini antara lain: foto2 kegiatan organisasi pemuda, bendera2 organisasi, replika biola WR. Supratman, patung2 dada tokoh pemuda, perlenkapan pandu, jaket angkatan 1966, kursi lukisan, diorama, monumen persatuan pemuda, dan perlengkapan yang berhubungan dengan kegiatan kongres pemuda.
Untuk sampai di Museum ini, kita bisa memakai kendaraan umum busway koridor 5, 7A dan 7B ataupun kendaraan umum lain.