MUSEUM ABRI SATRIA MANDALA dan MUSEUM WASPADA PURBAWISESA
Museum ABRI Satria Mandala
Museum Waspada Purbawisesa
Gedung besar dan megah yang terletak di jalan
Jenderal Gatot Subroto no.14 Jakarta Selatan ini dulunya dikenal dengan nama Wisma
Yaso, dibangun pada tahun 1960. Semula gedung ini adalah tempat kediaman
Ratna Sari Dewi Soekarno, salah satu isteri Presiden Soekarno. Digedung ini
pula pernah disemayamkan Bung Karno sebelum dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.
Gagasan untuk mendirikan museum ABRI dicetuskan oleh Kepala
Pusat Sejarah ABRI saat itu, Drs. Nugroho Notosusanto dan bertujuan untuk mengabadikan peristiwa-peristiwa bersejarah
dari perjuangan Bangsa Indonesia yang berintikan TNI sejak Proklamasi 1945 serta
menyimpan dan memamerkan benda-benda peninggalan yang memiliki aspek Hankam. Pembangunannya
dimulai sejak 15 November 1971,
selesai tahun 1979, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 5
Oktober 1972.
Nama Satria Mandala berasal dari bahasa Sanskerta
yang artinya lingkungan keramat para ksatria.
Koleksi yang dimiliki museum ini berupa naskah, miniatur,
diorama, foto dokumentasi, senjata dan peralatan ABRI. Di museum ini juga
dipamerkan berbagai replika kapal perang serta alat-alat yang dipergunakan pada
operasi TNI-AL, misalnya KRI Pattimura yang berjasa di dalam operasi Jaya
Wijaya di perairan Irian Jaya, Operasi Cakra I & II, dan kapal KRI Macam
Tutul. Kelompok pesawat terbang yang dipamerkan adalah dalam bentuk asli,
antara lain AT-16 Harvard dari AS, B-25 J. Mitchel yang pernah dipakai dalam
penumpasan pemberontakan Andi Aziz di Ujung Pandang, RMS, DI/TII, PRRI/Permesta
serta Trikora dan Dwikora; P-51 Mustang yang terkenal dengan sebutan Cocor
Merah karena selongsong baling-balingnya berwarna merah; RI 001 Seulawah yang
setelah selesai tugas militer dihibahkan kepada Garuda Indonesia Airways;
Helikopter MI-4. Museum Satria Mandala memiliki beberapa ruangan yang
dipergunakan untuk menyimpan benda-benda peninggalan, yaitu Ruang Panji, Ruang
Jenderal Soedirman, Ruang Jenderal Oerip Soemoharjo.
Fasilitas lain di museum ini adalah Taman Bacaan
Anak, kios cenderamata, kantin, serta gedung serbaguna yang berkapasitas 600
kursi untuk berbagai kegiatan dan pertemuan.
Masih dalam kompleks Museum TNI Satriamandala,
letaknya di areal bagian dalam kompleks terdapat Museum Waspada Purbawisesa.
Sesuai dengan namanya, merupakan sebuah ‘situs peringatan’ kepada bangsa ini
agar tidak melupakan aneka pemberontakan terhadap Negara ini. Dalam museum ini
ditampilkan diorama ketika TNI bersama-sama dengan rakyat menumpas gerombolan separatis DI/TII di Jawa Barat,
Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan pada era tahun 1960-an. Pemberontakan Kahar Muzakar, Daud Beureueh, peledakan Candi Borobudur, pemberontakan Yon 427, Palagan Ambarawa.
Jam Kunjungan:
Selasa-Minggu 09.00-14.30
Senin dan hari besar tutup
Tiket:
Rp 2.500
Untuk sampai di kedua Museum ini, bila anda menggunakan Bus Transjakarta, naiklah Busway Koridor 9 atau 9A.
MUSEUM KORPS MARINIR JAKARTA
Museum Korps Marinir merupakan museum di lingkungan Korps Marinir, Kompleks Brigade Infanteri-2 Marinir, yang mengoleksi segala
material yang digunakan Korps Marinir maupun dokumentasi foto yang
menggambarkan kegiatan-kegiatan Korps Marinir dalam menjalankan tugasnya
mengawal Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Museum menempati Gedung Kantin Prajurit di Cilandak
sejak tahun 2003, setelah sebelumnya beberapa kali mengalami perpindahan, yakni
dari gedung Markas Komando AL (Marinir) jalan Prapatan no.40 Jakarta Pusat
(sejak berdiri tahun 1960 sampai 1980), di Gedung Pamakenehe, Ksatiran Kwini, Jakarta
Pusat (1980-1990), di Gedung Merdeka, Kompleks KKO Cilandak (1991-2003).
Museum seluas 516 meter persegi ini dikelola oleh
Dinas penerangan Korps Marinir, dengan mengklasifikasi koleksi
benda-benda pajangannya dalam beberapa kategori. Kategori satu; meliputi
peralatan dan perlengkapan kapal; Kategori dua: meliputi peralatan dan
perlengkapan kendaraan tempur serta pasukan; Kategori tiga: meliputi senjata
dan amunisi campuran; Kategori empat: meliputi perlengkapan kaporlap, tanda
jasa dan tanda kehormatan; Kategori lima: meliputi lambang-lambang bendera;
Kategori enam: meliputi vandel, lukisan para pahlawan dan foto para tokoh;
Kategori tujuh: yang meliputi dokumen dan arsip; Kategori delapan: menyajikan koleksi-koleksi buku referensi
yang tuntas memaparkan sejarah sepak terjang Korps Marinir.
Yang menarik, selain memamerkan
foto-foto Komandan Korps Marinir sepanjang masa dan pakaian yang digunakan
dalam menjalankan tugas-tugas operasi, museum ini juga memajang foto-foto warga
kehormatan di luar korps. Diantaranya adalah Jenderal Marinir USMC C.C Krulak,
Jenderal TNI Tri Sutrisno, Jenderal Besar TN A.H. Nasution, Sultan Brunai
Darussalam – Sultan Hasanah Bolkiah dan Presiden R.I Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY). Mereka, warga kehormatan itu didaulat karena telah punya kontribusi
terhadap Korps Marinir.
Jam buka: 07.00 s/d 15.30 (Senin –
Jum'at) ;
Tiket : Gratis
MUSEUM DI TENGAH KEBUN
Museum di Tengah Kebun adalah sebuah museum penyimpanan ± 4.000 koleksi seni dan sejarah Indonesia dan luar negeri yang berlokasi di jantung
kota Jakarta, yakni di daerah Kemang Timur No 66, Jakarta Selatan, di tengah
deretan rumah mewah dan kafe. Tidak seperti museum-museum lainnya yang memasang
sign board yang besar dan mencolok mata, tidak adad pula bangunan
megah dengan arsitektur zaman Belanda atau arsitektur kuno ala museum
kebanyakan. Yang ada hanyalah pintu gerbang kayu yang besar, yang
menutupi bentuk bangunan di dalamnya dan nama museum yang tertempel di tembok
kanan, dan kiri sebagai penanda.
Untuk bisa memasuki Museum di Tengah Kebun, pengunjung tidak dikenakan biaya
apa pun. Tapi, sulit sekali memang untuk bisa masuk melihat-lihat koleksi
museum itu. Kita harus memiliki rombongan paling sedikit 7 orang dan paling
banyak 12 orang untuk bisa masuk museum.
>
Waktu berkunjung pun harus ditetapkan jauh-jauh hari dan harus dirundingkan
dengan pengelola museum. Dan, kita mesti on time! Bila belum tepat waktu yang
disepakati, kita tidak akan dibukakan pintu oleh pengelola.
Museum ini dibangun di tengah kebun seluas 3.500 m2. Museum ini
dimiliki secara pribadi oleh Sjahrial Djalil, salah satu tokoh periklanan
modern Indonesia dan pendiri biro iklan Ad Force Inc. Pada tahun 2013, museum
ini terpilih sebagai Museum Swasta Terbaik di Museum Awards dengan koleksi dari
63 negara dan 26 provinsi di Indonesia. Hal yang membuat museum ini berbeda
dari museum lainnya adalah penataan sebanyak 2.414 koleksi yang dipamerkan
kepada pengunjung diletakkan tidak beraturan di berbagai sudut ruangan, seperti
lantai, tengah taman, toilet, dinding luar rumah, dan lain sebagainya.
Pada mulanya, bangunan Museum
di Tengah Kebun adalah sebuah rumah tinggal yang akhirnya digunakan sebagai
ruang pameran koleksi pemilik. Bangunan museum ini selesai digarap pada 1
Oktober 1980 dari berbagai sisa bangunan bersejarah. Tembok museum dibangun
dengan 65.000 batu bata dari bekas gedung VOC dan 15.000 batu bata
tua dari gedung metereologi yang dibangun tahun 1896. Engsel pintu berasal dari
Penjara Wanita, Bukit Duri, Jakarta, yang
merupakan peninggalan gedung Meester Cornelis di abad ke-18.
Koleksi Museum di Tengah Kebun dibagi ke dalam 17 ruangan yang dinamakan
sesuai dengan koleksi yang paling mendominasi atau koleksi yang paling disukai
di ruangan tersebut. Misalnya, Ruang Buddha yang berisi koleksi patung Buddha dari
berbagai negara Ruang Dewi Sri (Dewi Padi) yang sebagian besar berisi peralatan
dapur, arca, dan guci dari masa lampau, Ruang Loro Blonyo yang berisi patung
Loro Blonyo, dan Ruang Wilhelm yang berisi lukisan Raja Wilhelm dari Jerman. Beberapa nama
ruangan lainnya yang ada di dalam museum ini adalah Ruang Mari Jepang, Dinasti Ming, Singa Garuda, dan Prasejarah. Salah satu ruangan yang unik dari Museum di Tengah Kebun adalah Ruang Singa Garuda yang merupakan sebuah kamar
mandi berukuran 9x11 meter. Di dalam kamar mandi tersebut terdapat kursi malas dari Dinasti
Qing, lampu minyak Perancis dari abad ke-19, dan bangku mahagoni milik Raja George II.
Beberapa koleksi yang menonjol di dalam Museum di Tengah Kebun adalah arca Ganesha di tengah
taman yang dipahat pada tahun 800-an di daerah Jawa Tengah,
kenong gamelan Jawa Timur yang dibuat pada akhir 1800-an, satu set peti tempat minum yang
pernah digunakan Napoleon Bonaparte, sejumlah tongkat Raja Jawa
dan Eropa, arca Bodhisatwa Wajrapani, dan koleksi benda dari kuburan Toraja
Alamat Museum di Tengah Kebun:
Jalan Kemang Timur Raya No. 66, Jakarta Selatan
Kontak: +62-21-7196907.
Bila Anda berangkat dari Terminal Blok M bisa naik Kopaja S605A ke Jl.
Kemang Timur Raya, dari sana
disambung ojek.
Waktu berkunjung Museum:
Rabu, Kamis, Sabtu dan Minggu pk 09.30 – 12.00
dan pk 12.30 – 15.00.