Museum Taman Prasasti adalah sebuah museum cagar budaya peninggalan masa kolonial Belanda yang berada di Jalan Tanah Abang No. 1, Petojo Selatan, Jakarta Pusat. Letaknya persis di sebelah kantor Walikota Jakarta Pusat sekarang. Museum ini memiliki koleksi prasasti nisan kuno, patung, plakat, pot bunga serta miniatur makam khas dari 27 provinsi di Indonesia, beserta koleksi kereta jenazah antik. Museum seluas 1,2 ha ini merupakan museum terbuka yang menampilkan karya seni dan kecanggihan para pematung, pemahat dan sastrawan masa lampau. Semula Museum ini adalah pemakaman umum bernama Kebon Jahe Kober seluas 5,5 ha dan dibangun tahun 1795 untuk menggantikan kuburan lain di samping gereja Nieuw Hollandsche Kerk, sekarang Museum Wayang, yang sudah penuh. Pada tanggal 9 Juli 1977, pemakaman Kebon Jahe Kober dijadikan museum dan dibuka untuk umum dengan koleksi prasasti, nisan, dan makam sebanyak 1.372 yang terbuat dari batu alam, marmer, dan perunggu. Karena perkembangan kota, luas museum ini kini menyusut tinggal hanya 1,3 ha saja. Di museum ini dihimpun berbagai prasasti dari zaman Belanda dan sebelumnya serta makam beberapa tokoh Belanda, Inggris dan Indonesia atau Hindia Belanda seperti:
- A.V. Michiels (tokoh militer Belanda pada perang Buleleng)
- Dr. H.F. Roll (Pendiri STOVIA atau Sekolah Kedokteran pada zaman pendudukan Belanda)
- J.H.R. Kohler (tokoh militer Belanda pada perang Aceh)
- Olivia Marianne Raffles (istri Thomas Stamford Raffles, mantan Gubernur Hindia Belanda dan Singapura)
- Kapitan Jas, makamnya diyakini sebagian orang dapat memberikan kesuburan, keselamatan, kemakmuran dan kebahagiaan.
- Miss Riboet, tokoh opera pada tahun 1930-an
- Soe Hok Gie, aktivis pergerakan mahasiswa pada tahun 1960-an
SASMITALOKA PAHLAWAN REVOLUSI JENDERAL AHMAD YANI
Museum Sasmita Loka Ahmad Yani, atau lengkapnya Museum Sasmita Loka Pahlawan Revolusi Jenderal TNI Ahmad Yani, menempati tanah sudut di Jl. Lembang 58 dan Jl. Latuharhari 65, Menteng, Jakarta Pusat dengan bangunan bergaya arsitektur Indische. Museum dengan luas bangunannya 700 m2 ini dirancang untuk mengenang meninggalnya Jenderal Ahmad Yani juga untuk rekonstruksi pembunuhannya pada pagi buta (pukul 04.35) 1 Oktober 1965. Dibangun sekitar tahun 1930 - 1940an pada saat pengembangan wilayah Menteng dan Gondangdia, semula gedung ini dipergunakan sebagai rumah tinggal pejabat maskapai swasta Belanda/Eropa. Pada tahun 1950-an dikelola oleh Dinas Perumahan Tentara, kemudian dihuni oleh Letjen Ahmad Yani sebagai perwira tinggi TNI AD dengan jabatan terakhir Menteri / Panglima Angkatan Darat RI sampai akhir hayatnya diculik dan dibunuh oleh Pasukan Cakrabirawa di rumah ini. Kondisi museum Sasmitaloka Ahmad Yani terlihat dijaga dan dirawat dengan baik, seperti keadaan terakhir saat peristiwa berdarah datang menyatroni rumah ini, pada pagi 1 Oktober 1965. Kaca pintu makan yang berlubang akibat ditembus peluru Pasukan Cakrabirawa dan bekas sambaran halilintar di sudut atas ruang tidur yang seolah menjadi pertanda bagi ibu A Yani pun masih dirawat keasliannya. Museum dibuka untuk umum Selasa s/d Minggu: 08.00 – 16.00 Tidak dipungut biaya, donasi ke penjaga secara sukarela. Akses ke Museum Sasmita Loka Ahmad Yani: angkutan umum yang melewati Jl. Latuharhari (jalan searah): S620 Blok M – Pasar Rumput; S66 Blok M – Manggarai; Angkutan umum yang lewat Jl. Diponegoro, turun di perempatan Jl. Lembang: AC08 Blok M – Pulo Gadung; AC11 Pulo Gadung – Grogol; AC16 Lebak Bulus – Rawamangun; AC61 Pulo Gadung – Ciledug; AC62 Senen – Cimone; P67 Blok M – Senen; R213 Grogol – Kampung Melayu; P18B Senen – Ciputat; P64 Pulogadung – Kalideres; P77 Senen – Cimone; R926 Blok M – Senen.
MUSEUM TEKSTILE
Museum Cinta Tekstil atau biasa disingkat Museum Tekstil, adalah merupakan sebuah cagar budaya yang secara khusus mengumpulkan, mengawetkan serta memamerkan karya-karya seni yang berkaitan dengan pertekstilan Indonesia. Bertempat di Jalan Aipda K.S. Tubun No.4, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, museum ini secara resmi dibuka pada tanggal 28 Juli 1976 dan berdiri dengan menempati gedung tua sentuhan arsitektur Eropa di atas areal seluas 16.410 meter persegi. Pada mulanya gedung ini adalah rumah pribadi seorang warga keturunan Perancis yang hidup di abad ke-19. Kemudian dibeli oleh Konsul Turki bernama Abdul Aziz Al Musawi Al Katiri yang menetap di Indonesia. Selanjutnya tahun 1942 dijual kepada Dr. Karel Cristian Cruq. Di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, gedung ini menjadi Markas Besar Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan tahun 1947 dimiliki oleh Lie Sion Phin. Setelah beberapa kali beralih kepemilikan dan beralih fungsi, akhirnya pada tahun 1975, gedung ini diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta dan dijadikan sebagai Museum Tekstil yang peresmiannya dilakukan oleh Ibu Tien Soeharto pada tanggal 28 Juni 1976. Sebagai sebuah museum tekstil terbesar di Indonesia, museum ini mempunyai koleksi-koleksi tekstil yang terhitung banyak, dan kebanyakan merupakan koleksi tekstil tradisional Indonesia. Koleksi-koleksi tersebut dikelompokkan dalam empat bagian, yakni koleksi kain tenun, koleksi kain batik, koleksi peralatan, dan koleksi campuran. Wisatawan yang berkunjung ke museum ini dapat menyaksikan aneka kain batik bermotif geometris sederhana hingga yang bermotif rumit, seperti batik Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Cirebon, Palembang, Madura, dan Riau. Diantara sederetan koleksi-koleksi itu, terdapat pula bendera Keraton Cirebon, sebuah peninggalan bersejarah dari tahun 1776 M. Di Taman Pewarna Alam seluas 2.000 m2 yang letaknya di halaman belakang museum, pengunjung dapat menyaksikan berbagai pohon yang dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alami.. Keistimewaan lainnya dari museum ini adalah dilaksanakannya kursus membatik yang waktunya bersamaan dengan hari-hari bukanya museum. Museum Tekstil dibuka untuk umum Selasa - Minggu (09,00-15.00 WIB), kecuali hari Jumat (09.00—12.30). Senin dan Hari Besar tutup.
GEDUNG KESENIAN JAKARTA
Gedung Kesenian Jakarta merupakan bangunan tua peninggalan bersejarah pemerintah Belanda yang hingga sekarang masih berdiri kokoh di Jalan Gedung Kesenian No. 1 Jakarta Pusat, letaknya bersebelahan dengan Gedung Kantor Pos Besar Pasar Baru sekarang. Dengan bangunan bergaya neo-renaisance yang dibangun tahun 1821 di Weltevreden yang saat itu dikenal dengan nama Theater Schouwburg Weltevreden, juga disebut dengan Gedung Komedi, berfungsi sebagai gedung sarana bagi para seniman Nusantara untuk mempertunjukan hasil kreasi seninya, seperti drama, teater, film, sastra dll. Ide pendirian Gedung Kesenian Jakarta ini berasal dari Gubernur Jenderal Belanda, Daendels dan direalisasikan oleh Gubernur Jenderal Inggris, Thomas Stamford Raffles pada tahun 1814 dengan arsiteknya adalah Para perwira Jeni VOC, Mayor Schultze. Gedung ini pernah digunakan untuk Kongres Pemoeda pertama (1926). Digedung ini pula Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) diresmikan oleh Presiden Pertama Ir. Soekarno (29 Agustus 1945). Lalu pada 1951 pernah dipakai oleh Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi & Hukum, dan sekitar tahun 1957-1961 dipakai sebagai Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI). Selanjutnya tahun 1968 dipakai menjadi bioskop “Diana” dan tahun 1969 Bioskop “City Theater”. Baru pada akhirnya pada tahun 1984 dikembalikan fungsinya sebagai Gedung Kesenian, dan setelah direnovasi pada tahun 1987 gedung ini resmi menggunakan nama Gedung Kesenian Jakarta. Untuk sampai di Gedung Kesenian Jakarta, anda dapat mempergunakan sarana angkutan Busway Koridor 5A, 7A, 8A.
MUSEUM PUSAKA/TOSAN AJI
TOSAN AJI Kwitang
MUSEUM PUSAKA TMII
Dengan ciri khas, bangunan yang terdapat keris menjulang di bagian atapnya, Tosan Aji menjadi berkesan seram, penuh keheningan, bertabur sesajen dan keramat. Memang, begitu kita memasuki bangunan yang berbentuk limas terpancung itu, kita akan mengira benda-benda sakral yang ada di dalam akan memancarkan sinar yang menakutkan dan membawa aura yang menyeramkan. Namun, lama kelamaan setelah kita menikmati koleksi benda-benda itu dan menelaah asal usul serta proses pembuatannya, kita tidak lagi memandang benda-benda itu dari sudut padang klenik, malah pada akhirnya kita akan berdecak kagum setelah mengetahui nilai seni dan historis benda-benda itu. Museum yang berdiri di atas tanah seluas 3.800 m2 di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) ini diresmikan pada 20 April 1993 oleh Presiden RI Soeharto, memiliki koleksi sekitar 6.000 pusaka. 77% diantaranya adalah milik Alm. Tjio Wie Tay alias H. Masagung (1927-1990) yang dikumpulkan atas prakarsa sang istri, Hj. Sri Lestari, yang semula disimpan di gedung pameran Tosan Aji berlokasi di Jalan Kwitang no.13 Jakarta Pusat, yang kini gedung pameran itu tinggal kenangan, dan kemudian dihibahkan ke kepada Hj. Siti Hartinah Soeharto selaku ketua Badan Pelaksana Pengelolaan dan Pengembangan TMII. Koleksi lainnya yang dimiliki gedung ini adalah berbagai macam pusaka tradisional dari semua provinsi di Nusantara. Salah satunya adalah pedang terpanjang di Indonesia yang pernah dicatat Museum Rekor Indonesia (MURI). Pusaka ini berasal dari Banten, dibuat khusus untuk koleksi. Museum ini terletak di Taman Mini Indonesia Indah, Jl. Raya Taman Mini, Jakarta Timur. Buka tiap Selasa-Minggu (09.00-16.00 WIB) dan Senin tutup. Hanya dengan harga tiket Rp.2.000, anda dapat menyaksikan koleksi-koleksi pusaka dan menemukan pemahaman yang tepat terhadap benda-benda pusaka.
Untuk sampai di Museum Pusaka / Tosan Aji, kita dapat
mempergunakan sarana angkutan umum busway Koridor 9 (Pluit - Pinang Ranti)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar